Selasa, 18 Desember 2012
Minggu, 09 Desember 2012
Enam Sifat Wanita yang Tak Pantas Dijadikan Istri
Perlu kita ketahui bagaimana Perempuan yang Tak pantas untuk di
jadikan istri, Sebelum kita Menuju Keluarga yang bahagia .. Langsung
saja, Berikut Sifat-Sifat Buruknya:
1. Al -Anaanah ...
Banyak keluh kesah. Yg selalu merasa tak cukup, apa yg diberi semua tak cukup. diberi rumah tak cukup, diberi moto
r tak cukup, diberi mobil tak cukup, dll. Tak redha dg pembelaan dan aturan yg diberi suami. Asyik ingin memenuhi kehendak nafsu dia saja, tanpa memperhatikan perasaan suami, tak hormat kepada suami apalagi berterima kasih pada suami. Bukannya hendak menolong suami, apa yg suami beri pun tak pernah puas. Ada saja yg tak cukup.
2. Al-Manaanah ...
Suka mengungkit. Kalau suami melakukan hal yg dia tak berkenan maka diungkitlah segala hal tentang suaminya itu. sangat senang hendak membicarakan suami: tak ingat budi, tak bertanggungjawab, tak sayang dan macam-macam. Padahal suami sudah memberi perlindungan macam2 padanya.
3. Al-Hunaanah ...
Ingin pada suami yg lain atau berkenan kpd lelaki yg lain. sangat suka membanding-bandingkan suaminya dg suami/lelaki lain. Tak redha dg suami yg ada.
4. Al- Hudaaqah ...
Suka memaksa. Bila hendak sesuatu maka dipaksa suaminya melakukan. Pagi, petang malam asyik menekan dan memaksa suami. Adakalanya dg berbagai ancaman: ingin lari, ingin bunuh diri, ingin membuat malu suami, dll. Suami dibuat seperti budaknya, bukan sebagai pemimpinnya. Yg dipentingkan adalah kehendak dan kepentingan dia saja.
5. Al -Hulaaqah ...
Sibuk bersolek atau tidur atau santai2 dll hingga lalai dg ibadah-ibadah wajib dan sunnah, seperti sholat, wirid zikir, mengurus rumah-tangga, berkasih sayang dg anak2, dll.
6. As-Salaaqah ...
Banyak berbicara, menggosip. Siang malam, pagi petang asik menggosip terus. Apa saja yg suami kerjakan selalu tidak benar dimatanya. Zaman sekarang ni bergosip bukan saja berbicara di depan suami, tapi dg telfon, SMS, internet, BBM dan macam2 cara yang lain . Yg jelas isteri tu asyik menyusahkan suami dg kata2nya yg menyakitkan.
1. Al -Anaanah ...
Banyak keluh kesah. Yg selalu merasa tak cukup, apa yg diberi semua tak cukup. diberi rumah tak cukup, diberi moto
r tak cukup, diberi mobil tak cukup, dll. Tak redha dg pembelaan dan aturan yg diberi suami. Asyik ingin memenuhi kehendak nafsu dia saja, tanpa memperhatikan perasaan suami, tak hormat kepada suami apalagi berterima kasih pada suami. Bukannya hendak menolong suami, apa yg suami beri pun tak pernah puas. Ada saja yg tak cukup.
2. Al-Manaanah ...
Suka mengungkit. Kalau suami melakukan hal yg dia tak berkenan maka diungkitlah segala hal tentang suaminya itu. sangat senang hendak membicarakan suami: tak ingat budi, tak bertanggungjawab, tak sayang dan macam-macam. Padahal suami sudah memberi perlindungan macam2 padanya.
3. Al-Hunaanah ...
Ingin pada suami yg lain atau berkenan kpd lelaki yg lain. sangat suka membanding-bandingkan suaminya dg suami/lelaki lain. Tak redha dg suami yg ada.
4. Al- Hudaaqah ...
Suka memaksa. Bila hendak sesuatu maka dipaksa suaminya melakukan. Pagi, petang malam asyik menekan dan memaksa suami. Adakalanya dg berbagai ancaman: ingin lari, ingin bunuh diri, ingin membuat malu suami, dll. Suami dibuat seperti budaknya, bukan sebagai pemimpinnya. Yg dipentingkan adalah kehendak dan kepentingan dia saja.
5. Al -Hulaaqah ...
Sibuk bersolek atau tidur atau santai2 dll hingga lalai dg ibadah-ibadah wajib dan sunnah, seperti sholat, wirid zikir, mengurus rumah-tangga, berkasih sayang dg anak2, dll.
6. As-Salaaqah ...
Banyak berbicara, menggosip. Siang malam, pagi petang asik menggosip terus. Apa saja yg suami kerjakan selalu tidak benar dimatanya. Zaman sekarang ni bergosip bukan saja berbicara di depan suami, tapi dg telfon, SMS, internet, BBM dan macam2 cara yang lain . Yg jelas isteri tu asyik menyusahkan suami dg kata2nya yg menyakitkan.
Rabu, 05 Desember 2012
Kisah untuk Para Pelaku Pornografi dan Pornoaksi
Apa jadinya bila seorang pemuda sholeh digoda oleh wanita cantik?
Kepada para pelaku pornografi dan pornoaksi, bisa mengambil hikmah dari
kisah ini. Kecantikan dan keindahan tubuh adalah ujian. Kisah ini pun
bisa menjadi inspirasi bagi da’i dalam berdakwah. Bahwa berda’wah itu
harus lemah lembut, bukan dengan kekerasan ataupun caci maki kepada
pelakunya. Karena hati, hanya bisa disentuh oleh hati. Selamat membaca.
semoga memberikan pencerahan bagi kita semua.
Rabi’ bin Khaitsam
adalah seorang pemuda yang terkenal ahli ibadah dan tidak mau mendekati
tempat maksiat sedikit pun. Jika berjalan pandangannya teduh tertunduk.
Meskipun masih muda, kesungguhan Rabi’ dalam beribadah telah diakui oleh
banyak ulama dan ditulis dalam banyak kitab. Imam Abdurrahman bin Ajlan
meriwayatkan bahwa Rabi’ bin Khaitsam pernah shalat tahajjud dengan
membaca surat Al Jatsiyah. Ketika sampai pada ayat keduapuluh satu, ia
menangis. Ayat itu artinya, “Apakah orang-orang yang membuat
kejahatan (dosa) itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka sama
dengan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu
sama antara kehidupan dan kematian mereka. Amat buruklah apa yang mereka
sangka itu!”
Seluruh jiwa Rabi’ larut dalam penghayatan ayat
itu. Kehidupan dan kematian orang berbuat maksiat dengan orang yang
mengerjakan amal shaleh itu tidak sama! Rabi’ terus menangis sesenggukan
dalam shalatnya. Ia mengulang-ngulang ayat itu sampai terbit fajar.
Kesalehan
Rabi’ sering dijadikan teladan. Ibu-ibu dan orang tua sering menjadikan
Rabi’ sebagai profil pemuda alim yang harus dicontoh oleh anak-anak
mereka. Memang selain ahli ibadah, Rabi’ juga ramah. Wajahnya tenang dan
murah senyum kepada sesama.
Namun tidak semua orang suka dengan
Rabi’. Ada sekelompok orang ahli maksiat yang tidak suka dengan
kezuhudan Rabi’. Sekelompok orang itu ingin menghancurkan Rabi’. Mereka
ingin mempermalukan Rabi’ dalam lembah kenistaan. Mereka tidak menempuh
jalur kekerasan, tapi dengan cara yang halus dan licik. Ada lagi
sekelompok orang yang ingin menguji sampai sejauh mana ketangguhan iman
Rabi’.
Dua kelompok orang itu bersekutu. Mereka menyewa seorang
wanita yang sangat cantik rupanya. Warna kulit dan bentuk tubuhnya
mempesona. Mereka memerintahkan wanita itu untuk menggoda Rabi’ agar
bisa jatuh dalam lembah kenistaan. Jika wanita cantik itu bisa
menaklukkan Rabi’, maka ia akan mendapatkan upah yang sangat tinggi,
sampai seribu dirham. Wanita itu begitu bersemangat dan yakin akan bisa
membuat Rabi’ takluk pada pesona kecantikannya.
Tatkala malam
datang, rencana jahat itu benar-benar dilaksanakan. Wanita itu berdandan
sesempurna mungkin. Bulu-bulu matanya dibuat sedemikian lentiknya.
Bibirnya merah basah. Ia memilih pakaian sutera yang terindah dan
memakai wewangian yang merangsang. Setelah dirasa siap, ia mendatangi
rumah Rabi’ bin Khaitsam. Ia duduk di depan pintu rumah menunggu Rabi’
bin Khaitsam datang dari masjid.
Suasana begitu sepi dan lenggang.
Tak lama kemudian Rabi’ datang. Wanita itu sudah siap dengan tipu
dayanya. Mula-mula ia menutupi wajahnya dan keindahan pakaiannya dengan
kain hitam. Ia menyapa Rabi’,
“Assalaamu’alaikum, apakah Anda punya setetes air penawar dahaga?”
“Wa’alaikumussalam. Insya Allah ada. Tunggu sebentar.” Jawab Rabi’ tenang sambil membuka pintu rumahnya. Ia lalu bergegas ke belakang mengambil air. Sejurus kemudian ia telah kembali dengan membawa secangkir air dan memberikannya pada wanita bercadar hitam.
“Bolehkah aku masuk dan duduk sebentar untuk minum. Aku tak terbiasa minum dengan berdiri.” Kata wanita itu sambil memegang cangkir.
“Assalaamu’alaikum, apakah Anda punya setetes air penawar dahaga?”
“Wa’alaikumussalam. Insya Allah ada. Tunggu sebentar.” Jawab Rabi’ tenang sambil membuka pintu rumahnya. Ia lalu bergegas ke belakang mengambil air. Sejurus kemudian ia telah kembali dengan membawa secangkir air dan memberikannya pada wanita bercadar hitam.
“Bolehkah aku masuk dan duduk sebentar untuk minum. Aku tak terbiasa minum dengan berdiri.” Kata wanita itu sambil memegang cangkir.
Rabi’
agak ragu, namun mempersilahkan juga setelah membuka jendela dan pintu
lebar-lebar. Wanita itu lalu duduk dan minum. Usai minum wanita itu
berdiri. Ia beranjak ke pintu dan menutup pintu. Sambil menyandarkan
tubuhnya ke daun pintu ia membuka cadar dan kain hitam yang menutupi
tubuhnya. Ia lalu merayu Rabi’ dengan kecantikannya.
Rabi’ bin Khaitsam terkejut, namun itu tak berlangsung lama. Dengan tenang dan suara berwibawa ia berkata kepada wanita itu,
“Wahai saudari, Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.” Allah yang Maha pemurah telah menciptakan dirimu dalam bentuk yang terbaik. Apakah setelah itu kau ingin Dia melemparkanmu ke tempat yang paling rendah dan hina, yaitu neraka?!
“Wahai saudari, Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.” Allah yang Maha pemurah telah menciptakan dirimu dalam bentuk yang terbaik. Apakah setelah itu kau ingin Dia melemparkanmu ke tempat yang paling rendah dan hina, yaitu neraka?!
“Saudariku, seandainya saat
ini Allah menurunkan penyakit kusta padamu. Kulit dan tubuhmu penuh
borok busuk. Kecantikanmu hilang. Orang-orang jijik melihatmu. Apakah
kau juga masih berani bertingkah seperti ini ?!
“Saudariku,
seandainya saat ini malaikat maut datang menjemputmu, apakah kau sudah
siap? Apakah kau rela pada dirimu sendiri menghadap Allah dengan
keadaanmu seperti ini? Apa yang akan kau katakan kepada malakaikat
munkar dan nakir di kubur? Apakah kau yakin kau bisa
mempertanggungjawabkan apa yang kau lakukan saat ini pada Allah di
padang mahsyar kelak?!”
Suara Rabi’ yang mengalir di relung jiwa
yang penuh cahaya iman itu menembus hati dan nurani wanita itu.
Mendengar perkataan Rabi’ mukanya menjadi pucat pasi. Tubuhnya bergetar
hebat. Air matanya meleleh. Ia langsung memakai kembali kain hitam dan
cadarnya. Lalu keluar dari rumah Rabi’ dipenuhi rasa takut kepada Allah
swt. Perkataan Rabi’ itu terus terngiang di telinganya dan menggedor
dinding batinnya, sampai akhirnya jatuh pingsan di tengah jalan. Sejak
itu ia bertobat dan berubah menjadi wanita ahli ibadah.
Orang-orang yang hendak memfitnah dan mempermalukan Rabi’ kaget mendengar wanita itu bertobat. Mereka mengatakan,
“Malaikat apa yang menemani Rabi’. Kita ingin menyeret Rabi’ berbuat maksiat dengan wanita cantik itu, ternyata justru Rabi’ yang membuat wanita itu bertobat!”
“Malaikat apa yang menemani Rabi’. Kita ingin menyeret Rabi’ berbuat maksiat dengan wanita cantik itu, ternyata justru Rabi’ yang membuat wanita itu bertobat!”
Rasa takut kepada Allah yang tertancap dalam
hati wanita itu sedemikian dahsyatnya. Berbulan-bulan ia terus
beribadah dan mengiba ampunan dan belas kasih Allah swt. Ia tidak
memikirkan apa-apa kecuali nasibnya di akhirat. Ia terus shalat,
bertasbih, berzikir dan puasa. Hingga akhirnya wanita itu wafat dalam
keadaan sujud menghadap kiblat. Tubuhnya kurus kering kerontang seperti
batang korma terbakar di tengah padang pasir.
Para Pencuri Shalat

“Sungguh sejahat-jahatnya pencuri dari kalangan manusia adalah orang yang
mencuri shalatnya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang
dimaksud mencuri shalatnya?” Beliau Saw berkata, “Ia tidak
menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Dan sungguh orang yang paling pelit
(kikir) adalah orang yang pelit mengucapkan salam. (HR. Thabrani & Hakim)
Shalat
adalah salah satu ibadah yang wajib dilakukan oleh muslim yang berakal
dan telah baligh. Semua Ulama baik salaf maupun khalaf sepakat akan
kewajiban shalat dan menghukuminya fardhu ‘ain, kewajiban yang
wajib dilakukan oleh tiap-tiap individu. Shalat termasuk rukun Islam
yang kedua dan wajib ditegakkan. Sebegitu wajibnya shalat sampai tidak
ada rukhsah (keringanan) untuk meninggalkannya bagi seorang
muslim. Kalau terlupa/tertidur kita wajib melaksanakan shalat ketika
ingat. Jika tidak ada air untuk berwudhu, kita dapat menggantinya dengan
tayamum. Menjaga shalat juga merupakan wasiat Rasulullah sebelum
meninggal dunia. “Jagalah shalat, jagalah shalat dan hamba sahayamu”
Pencuri Shalat
Di
era modern kini dan di tengah ketatnya persaingan dunia, baik dalam hal
bisnis, ekonomi, politik dan sosial budaya, semua orang menginginkan
hidup serba instan. Semua ingin dijalankan dengan cepat dan instan serta
mudah. Tak terkecuali dalam hal ibadah termasuk shalat. Dengan alasan
ingin mempersingkat dan mengefektifkan waktu, banyak muslim yang
tergesa-gesa dalam melaksanakan shalat. Hal ini telah diingatkan dengan
tegas oleh Rasulullah empat belas abad yang lalu dalam redaksi Thabrani
dan Hakim.
“Sungguh sejahat-jahatnya pencuri dari kalangan manusia adalah orang yang mencuri shalatnya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud mencuri shalatnya?” Beliau Saw berkata,
“Ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Dan sungguh orang yang
paling pelit (kikir) adalah orang yang pelit mengucapkan salam.”
Rasulullah menyebutnya dengan istilah “pencuri yang paling jahat”
bagi muslim yang tidak menyempurnakan shalatnya. Tidak menyempurnakan
rukuk dan sujudnya. Kita sering marah ketika ada seseorang yang mencuri
sandal kita, terlebih lagi jika kita yang menjadi para pencuri shalat
karena tergesa-gesa dan tidak menyempurnakan shalat baik dalam rukuk,
sujud maupun salamnya.
Dalam redaksi Ahmad & ath-Thayalisi, Dari Abu Hurairah radhiallahu’ anhu berkata: “Kekasihku Rasulullah sallalloohu ‘alaihi wa sallam
melarangku bersujud dengan cepat seperti halnya ayam yang mematuk
makanan, menoleh-noleh seperti musang dan duduk seperti kera.” Dalam hal
ini dapat disimpulkan bahwasanya tergesa-gesa dalam melaksanakan shalat
adalah sebuah kesalahan dalam menjalankan shalat. Siapa saja yang
mencuri shalat, maka amal ibadahnya menjadi sia-sia di mata Allah. Lebih
dahsyat lagi, orang yang mencuri shalat dianggap tidak beragama, “Kamu
melihat orang ini, jika dia mati, maka matinya tidak termasuk mengikuti
agama Muhammad SAW, dia menyambar shalatnya seperti burung elang
menyambar daging.” (HR. Ibnu Huzaimah).
Seorang muslim harus
menjaga shalatnya, karena memang amal yang pertama kali dihisab di hari
kiamat adalah shalat. Untuk menghindari mencuri dalam shalat, kita perlu
mengetahui salah satu rukun dalam shalat yaitu Thuma’ninah.
dakwatuna.com - Thuma’ninah
adalah diam beberapa saat setelah tenangnya anggota-anggota badan. Para
Ulama memberi batasan minimal dengan lama waktu yang diperlukan seperti
ketika membaca tasbih (Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq: 1/124). Dalam
bahasa bebasnya, thuma’ninah dapat diartikan slow motion, pelan-pelan, dihayati, dipahami dan dinikmati.
Diriwayatkan,
ada seorang lelaki yang masuk ke dalam masjid di waktu Rasulullah SAW
sedang duduk. Lalu orang itu melaksanakan shalat. Setelah itu ia memberi
salam kepada Rasulullah SAW., tetapi Nabi menolaknya seraya bersabda, “Ulangi shalatmu, karena (sesungguhnya) kamu belum shalat!”
Kemudian
lelaki itu mengulangi shalatnya. Setelah itu ia datang dan memberi
salam kepada Rasulullah, tetapi Nabi SAW menolaknya sambil berkata, “Ulangilah shalatmu, (sebenarnya) kamu belum shalat!”
Laki-laki
itu pun mengulangi shalat untuk ketiga kalinya. Selesai shalat ia
kembali memberi salam kepada Nabi SAW. Tetapi lagi-lagi beliau
menolaknya, dan bersabda, “Ulangilah shalatmu, sebab kamu itu belum melakukan shalat!”
“Demi
Dzat yang telah mengutusmu dengan benar wahai Rasulullah, Inilah
shalatku yang terbaik. Sungguh, aku tak bisa melakukan lebih dari ini,
maka ajarkanlah shalat yang baik kepadaku,” tanya lelaki itu.
“Apabila
kamu berdiri (untuk melakukan) shalat, hendaklah dimulai dengan takbir,
lalu membaca ayat-ayat Al Qur’an yang engkau anggap paling mudah, lalu
rukuklah dengan tenang, kemudian beri’tidallah dengan tegak, lalu
sujudlah dengan tenang dan lakukanlah seperti ini pada shalatmu
semuanya.” (HR. Bukhari)
Rasulullah benar-benar memperhatikan
hal ini, sehingga dengan tegas meminta salah seorang sahabat mengulang
shalatnya hingga tiga kali karena meninggalkan ketenangan atau
thuma’ninah dalam shalat. Apabila meninggalkan thuma’ninah dalam shalat
berarti shalat menjadi tidak sah. Ini sungguh persoalan yang sangat
serius. Rasulullah bersabda, “Tidak sah shalat seseorang, sehingga ia
menegakkan (meluruskan) punggungnya ketika ruku’ dan sujud” (HR. Abu
Dawud: 1/ 533)
Semoga kita senantiasa memperbaiki shalat kita,
agar tujuan shalat yang tertuang dalam Al Qur’an surat Al-’Ankabuut ayat
45 benar-benar dapat terwujud. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji & mungkar. Wallahu a’lam bis showab. (*)
(Sumber: http://www.dakwatuna.com)
Kamis, 29 November 2012
Hubungan Intim Bernilai Sedekah
Hubuangan seksual antara suami istri dikira oleh sebagian orang hanyalah untuk menumpahkan hasrat seksual. Namun bagi orang beriman, hubungan tersebut adalah sedekah dan bernilai pahala. Betulkah?
Coba kita perhatikan hadits berikut ini:
عَنْ
أَبِى ذَرٍّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-
قَالُوا لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ
أَهْلُ الدُّثُورِ بِالأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى وَيَصُومُونَ
كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ. قَالَ «
أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ
تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ
صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ
وَنَهْىٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ».
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ
لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ
أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ
كَانَ لَهُ أَجْرٌ
Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Sesungguhnya
sebagian dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah,
orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat
sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan
mereka bershodaqoh dengan kelebihan harta mereka”. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu
sesuatu untuk bershodaqaoh? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah
shodaqoh, tiap-tiap tahmid adalah shodaqoh, tiap-tiap tahlil adalah
shodaqoh, menyuruh kepada kebaikan adalah shodaqoh, mencegah kemungkaran
adalah shodaqoh dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan
istrinya) adalah shodaqoh“. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah
(jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat
pahala?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tahukah
engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa.
Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia
mendapat pahala”. (HR. Muslim no. 2376)Kita lihat pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terakhir disebutkan, “Dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shodaqoh”. Para sahabat pun heran sampai menanyakan, apakah hanya dengan menumpahkan syahwat, itu bisa jadi sedekah dan berbuah pahala. Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun menjawab, “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala.”
Ibnu Rajab membagi sedekah dengan selain harta itu menjadi dua macam:
1- Sedekah dengan berbuat baik pada orang lain. Maka ini adalah sedekah terhadap orang yang ditujukan kebaikan tersebut. Bahkan bisa jadi sedekah seperti ini lebih utama dari sedekah dengan harta. Contohnya: mengajak pada kebaikan, melarang dari kemungkaran, bentuk mengajak taat pada Allah ini lebih baik bermanfaat dari harta. Contoh lainnya: mengajarkan ilmu yang bermanfaat, menghilangkan gangguan dari jalanan, memberikan hal yang bermanfaat bagi orang banyak, tidak mengganggu kaum muslimin, dan do’a kebaikan dan ampunan untuk kaum muslimin.
Ibnu ‘Umar berkata,
مَنْ كانَ له مالٌ ، فليتصدَّق من ماله ، ومن كان له قوَّةٌ ، فليتصدَّق من قوَّته ، ومن كان له عِلمٌ ، فليتصدَّق من عِلْمِه
“Barangsiapa memiliki harta, maka bersedekahlah dengan hartanya.
Barangsiapa yang punya kekuatan, maka bersedekahlah dengan kekuatannya.
Barangsiapa yang memiliki ilmu, maka bersedekahlah dengan ilmunya.”
(Jaami’ul Ulum wal Hikam, 2: 59)2- Sedekah yang hanya bermanfaat bagi si pelaku seperti macam-macam dzikir, yaitu takbir, tasbih, tahmid, tahlil dan istighfar. Begitu pula yang bernilai sedekah adalah berjalan ke masjid.
Kalau kita melihat dari pembagian Ibnu Rajab ini, maka hubungan seksual suami istri masuk pada jenis yang pertama. Kalau kita lihat dari beberapa hadits, mendapatkan pahala di sini didapat ketika diniatkan untuk ibadah. Bentuk niatan tersebut bisa jadi ingin mencari keturunan. Karena dari keturunan kita bisa mendapatkan pahala dengan mendidik dan membina mereka ketika kita masih hidup. Juga kita bisa mendapatkan pahala ketika telah meninggal dunia dari kebaikan anak-anak kita yang sholih. Dari sisi inilah, niatan hubungan intim bernilai pahala, jadi bukan hanya menumpahkan hasrat syahwat.
Lalu bagaimana jika tidak diniatkan untuk cari pahala dengan penumpahan syahwatnya tadi? Di sini, para ulama silang pendapat.
Jika kita lihat dari tekstual hadits yang kita bahas di atas, maka tidak dipersyaratkan niat. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sekedar bersabda, “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala”. Jadi sekedar menumpahkan syahwat saja bernilai pahala. Karena hubungan seksual dengan istri adalah seperti kita menanam benih dan nantinya kita akan menuai hasilnya.
Ulama lain berpendapat bahwa tetap harus didasari niatan ikhlas, barulah bernilai pahala di sisi-Nya. Karena hadits di atas adalah hadits mutlaq, maka dibawa ke hadits muqoyyad yang mempersyaratkan niat. Di antara dalil yang mempersyaratkan niat, hadits dari Sa’ad bin Abi Waqqosh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّكَ
لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ
عَلَيْهَا ، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ
“Tidaklah nafkah yang engkau cari untuk mengharapkan wajah Allah
kecuali engkau akan diberi balasan karenanya, sampai apa yang engkau
masukkan dalam mulut istrimu.” (HR. Bukhari no. 56)Juga dapat dilihat pada firman Allah Ta’ala,
لَا
خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ
مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ
ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi
sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan
Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An Nisa’: 114). Di sini dipersyaratkan dapat pahala jika disertai niat ikhlas.Hadits yang kita bahas kali ini, juga bisa sebagai dalil dengan pemahaman qiyas al ‘aqs (analogi berkebalikan), bahwa jika hubungan intim dengan niatan ikhlas, itu mendapat pahala. Jika tidak, maka tidak demikian. Sama halnya dengan hadits Ibnu Mas’ud, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik pada Allah, maka ia masuk neraka.” Berarti sebaliknya, barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak berbuat syirik, maka ia akan masuk surga.
Jadi, niatkanlah ikhlas untuk raih pahala dalam setiap hubungan intim, supaya bernilai sedekah dan menuai ganjaran di sisi Allah.
Pembahasan di atas adalah faedah dari pembahasan Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hadits ke-25, 2: 56-70.
Semoga Allah menjadikan rumah tangga kita sakinah, mawaddah wa rohmah. (*)
Senin, 26 November 2012
Ketika Rasulullah Menangis di Padang Mahsyar
Dari
Utsman bin Affan bin Dahaak bin Muzahim daripada Abbas ra (bapak saudara
Rosululloh SAW) dari Rosululloh SAW telah bersabda, yang bermaksud:
“Aku adalah orang (manusia) yang paling awal dibangkitkan dari kubur (bumi) pada hari kiamat yang tiada kebanggaan. Bagiku ada syafaat pada hari kiamat yang tiada kemegahan. Bendera pujian di tanganku dan nabi-nabi keseluruhannya berada di bawah benderaku. Umatku adalah umat yang terbaik. Mereka adalah umat yang pertama dihisab sebelum umat yang lain. Ketika mereka bangkit dari kubur, mereka akan mengibas (membuang) tanah yang ada di atas kepala mereka.
Mereka semua akan berkata: “Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Alloh dan kami bersaksi bahwa Muhammad itu Rosululloh. Inilah yang telah dijanjikan oleh Alloh Ta'ala serta dibenarkan oleh para rasul.”
Ibnu Abbas ra berkata: “Orang yang pertama dibangkitkan dari kubur di hari kiamat ialah Muhammad SAW. Jibril as akan datang kepadanya bersama seekor Buroq. Isrofil pula datang dengan membawa bersama bendera dan mahkota. 'Izroil pula datang dengan membawa bersamanya pakaian-pakaian syurga.”
Jibril as akan menyeru: “Wahai dunia! Di mana kubur Muhammad SAW?”
Bumi akan berkata: “Sesungguhnya, Tuhanku telah menjadikan aku hancur. Telah hilang segala lingkaran, tanda dan gunung-gunungku. Aku tidak tahu dimana kubur Muhammad SAW.”
Rosululloh SAW bersabda: “Lalu diangkatkan tiang-tiang dari cahaya dari kubur Nabi Muhammad SAW ke awan langit. Maka, empat malaikat berada di atas kubur.”
Isrofil bersuara: “Wahai roh yang baik! Kembalilah ke tubuh yang baik!”
Maka, kubur terbelah dua. Pada seruan yang kedua pula, kubur mula terbongkar. Pada seruan yang ketiga, ketika Rosululloh SAW berdiri, baginda SAW telah membuang tanah di atas kepala dan janggut baginda SAW. Baginda Muhammad SAW melihat kanan dan kiri. Baginda Muhammad SAW dapati, tiada lagi bangunan. Baginda Muhammad SAW menangis sehingga mengalir air matanya ke pipi.
Jibril as berkata kepadanya: “Bangun wahai Muhammad! Sesungguhnya kamu di sisi Alloh Ta'ala di tempat yang luas.”
Baginda SAW bertanya, “Kekasihku Jibril! Hari apakah ini?”
Jibril as menjawab: “Wahai Muhammad! Janganlah kamu takut! Inilah hari kiamat. Inilah hari kerugian dan penyesalan. Inilah hari pembentangan Alloh Ta'ala.”
Baginda SAW bersabda: “Kekasihku Jibril! Gembirakanlah aku!”
Jibril as berkata: “Apakah yang kamu lihat di hadapanmu?”
Baginda SAW bersabda: “Bukan seperti itu pertanyaanku.”
Jibril as berkata: “Adakah kamu tidak melihat bendera kepujian yang terpacak di atasmu?”
Baginda SAW bersabda: “Bukan itu maksud pertanyaanku. Aku bertanya kepadamu akan umatku. Di mana perjanjian mereka?”
Jibril as berkata: “Demi keagungan Tuhanku! Tidak akan terbongkar oleh bumi daripada manusia, sebelummu?”
Baginda Muhammad SAW bersabda: “Niscaya akan, kuatlah pertolongan pada hari ini. Aku akan mensyafaatkan umatku.”
Jibril as berkata kepada baginda Muhammad SAW: “Tungganglah Buroq ini wahai Muhammad SAW dan pergilah ke hadapan Tuhan-mu!”
Jibril as datang bersama Buroq ke arah Nabi Muhammad SAW. Buroq mencoba meronta-ronta. Jibril as berkata kepadanya: “Wahai Buroq! Adakah kamu tidak malu dengan makhluk yang paling baik dicipta oleh Alloh Ta'ala? Sudahkah Alloh Ta'ala perintahkan kepadamu agar mentaatinya?”
Buroq berkata: “Aku tahu semua itu. Akan tetapi, aku ingin dia mensyafaatiku agar memasuki syurga sebelum dia menunggangku. Sesungguhnya, Alloh Ta'ala akan datang pada hari ini di dalam keadaan marah. Keadaan yang belum pernah terjadi sebelum ini.”
Baginda SAW bersabda kepada Buroq: “Ya! Sekiranya kamu berhajatkan syafaatku, niscaya aku memberi syafaat kepadamu.”
Setelah berpuas hati, Buraq membenarkan baginda Muhammad SAW menunggangnya lalu dia melangkah. Setiap langkahan Buroq sejauh pandangan mata.
Apabila Nabi Muhammad SAW berada di Baitul Maqdis di atas bumi dari perak yang putih, malaikat Isrofil as menyeru: “Wahai tubuh-tubuh yang telah hancur, tulang-tulang yang telah reput, rambut-rambut yang bertaburan dan urat-urat yang terputus-putus! Bangkitlah kamu dari perut burung, dari perut binatang buas, dari dasar laut dan dari perut bumi ke perhimpunan Tuhan yang Maha Perkasa.
Roh-roh telah diletakkan di dalam tanduk atau sangkakala. Di dalamnya ada beberapa tingkat dengan bilangan roh makhluk. Setiap roh, akan didudukkan berada di dalam tingkat. Langit di atas bumi akan menurunkan hujan dari lautan kehidupan akan air yang sangat pekat seperti air mani lelaki. Daripadanya, terbinalah tulang-tulang. Urat-urat memanjang. Daging kulit dan bulu akan tumbuh. Sebahagian mereka akan kekal ke atas sebahagian tubuh tanpa roh.
Alloh Ta'ala berfirman: “Wahai Isrofil! Tiup tanduk atau sangkakala tersebut dan hidupkan mereka dengan izin-Ku akan penghuni kubur. Sebagian mereka adalah golongan yang gembira dan suka. Sebagian dari mereka adalah golongan yang celaka dan derita.”
Malaikat Isrofil as menjerit: “Wahai roh-roh yang telah hancur! Kembalilah kamu kepada tubuh-tubuhmu. Bangkitlah kamu untuk dikumpulkan di hadapan Tuhan semesta alam.”
Alloh Ta'ala berfirman:
“Demi Keagungan dan Ketinggian-Ku! Aku kembalikan setiap roh pada tubuh-tubuhnya!”
Apabila roh-roh mendengar sumpah Alloh Ta'ala, roh-roh pun keluar untuk mencari jasad mereka. Maka, kembalilah roh pada jasadnya. Bumi pula terbongkar dan mengeluarkan jasad-jasad mereka. Apabila semuanya sedia, masing-masing melihat.
Nabi Muhammad SAW duduk di padang pasir Baitul Maqdis, melihat makhluk-makhluk. Mereka berdiri seperti belalang yang berterbangan. 70 umat berdiri. Umat Nabi Muhammad SAW merupakan satu umat (kumpulan). Nabi SAW berhenti memperhatikan ke arah mereka. Mereka seperti gelombang lautan.
Jibril as menyeru: “Wahai sekalian makhluk, datanglah kamu semua ke tempat perhimpunan yang telah disediakan oleh Alloh Ta'ala.”
Umat-umat datang di dalam keadaan satu-satu kumpulan. Setiap kali Nabi Muhammad SAW berjumpa satu umat, baginda SAW akan bertanya: “Di mana umatku?”
Jibril as berkata: “Wahai Muhammad! Umatmu adalah umat yang terakhir.”
Apabila Nabi 'Isa as datang, Jibril as menyeru: "Tempatmu!” Maka nabi 'Isa as dan Jibril as menangis.
Nabi Muhammad SAW berkata: “Mengapa kamu berdua menangis.”
Jibril as berkata: “Bagaimana keadaan umatmu, Muhammad?”
Nabi Muhammad bertanya: “Di mana umatku?”
Jibril as berkata: “Mereka semua telah datang. Mereka berjalan lambat dan perlahan.”
Apabila mendengar cerita demikian, Nabi Muhammad SAW menangis lalu bertanya: “Wahai Jibril! Bagaimana keadaan umatku yang berbuat dosa?”
Jibril as berkata: “Lihatlah mereka wahai Muhammad SAW!”
Apabila Nabi Muhammad SAW melihat mereka, mereka gembira dan mengucapkan sholawat kepada baginda Muhammad SAW dengan apa yang telah Alloh Ta'ala muliakannya. Mereka gembira karena dapat bertemu dengan baginda Muhammad SAW. Baginda Muhammad SAW juga gembira terhadap mereka. Nabi Muhammad SAW bertemu umatnya yang berdosa. Mereka menangis serta memikul beban di atas belakang mereka sambil menyeru: “Wahai Muhammad!”
Air mata mereka mengalir di pipi. Orang-orang zalim memikul kezaliman mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Wahai umatku.” Mereka berkumpul di sisinya. Umat-umatnya menangis.
Ketika mereka di dalam keadaan demikian, terdengar dari arah Alloh Ta'ala seruan yang menyeru: “Di mana Jibril?”
Jibril as berkata: “Jibril di hadapan Alloh, Tuhan semesta alam.”
Alloh Ta'ala berfirman di dalam keadaan Dia amat mengetahui sesuatu yang tersembunyi: “Di mana umat Muhammad SAW?”
Jibril as berkata: “Mereka adalah sebaik-baik umat.”
Alloh Ta'ala berfirman: “Wahai Jibril! Katakanlah kepada kekasih-Ku Muhammad SAW bahwa umatnya akan datang untuk ditayangkan di hadapanKu.”
Jibril as kembali di dalam keadaan menangis lalu berkata: “Wahai Muhammad! Umatmu telah datang untuk ditayangkan kepada Alloh Ta'ala.”
Nabi Muhammad SAW berpaling ke arah umatnya lalu berkata: “Sesungguhnya kamu telah dipanggil untuk dihadapkan kepada Alloh Ta'ala.”
Orang-orang yang berdosa menangis karena terkejut dan takut akan azab Alloh Ta'ala. Nabi Muhammad SAW memimpin mereka menuju di hadapan Alloh Ta'ala. Alloh Ta'ala berfirman: “Wahai hamba-Ku! Dengarkanlah kamu baik-baik kepada-Ku tuduhan apa-apa yang telah diperdengarkan bagi kamu dan kamu semua melakukan dosa!”
Hamba-hamba Alloh Ta'ala terdiam. Alloh Ta'ala berfirman: “Hari ini, Kami akan membalas setiap jiwa dengan apa yang telah mereka usahakan. Hari ini, Aku akan memuliakan sesiapa yang mentaati-Ku. Dan, Aku akan mengazab sesiapa yang mendurhakai terhadap-Ku. Wahai Jibril! Pergi ke arah Malik, penjaga neraka! Katakanlah kepadanya, bawakan Jahanam!”
Jibril pergi berjumpa Malik, penjaga neraka lalu berkata: “Wahai Malik! Alloh Ta'ala telah memerintahkanmu agar membawa Jahanam.”
Malik bertanya: “Apakah hari ini?”
Jibril menjawab: “Hari ini adalah hari kiamat. Hari yang telah ditetapkan untuk membalas setiap jiwa dengan apa yang telah mereka usahakan.”
Malik berkata: “Wahai Jibril! Adakah Alloh Ta'ala telah mengumpulkan makhluk?”
Jibril menjawab: “Ya!”
Malik bertanya: “Di mana Muhammad dan umatnya?”
Jibril berkata: “Di hadapan Alloh Ta'ala!”
Malik bertanya lagi: “Bagaimana mereka mampu menahan kesabaran terhadap kepanasan nyalanya Jahannam apabila mereka melintasinya sedangkan mereka semua adalah umat yang lemah?”
Jibril berkata: “Aku tidak tahu!”
Malik menjerit ke arah neraka dengan sekali jeritan. Neraka berdiri di atas tiang-tiangnya. Neraka mempunyai tiang-tiang yang keras, kuat dan panjang. Api dinyalakan sehingga tiada kekal mata seorang dari makhluk melainkan bercucuran air mata mereka (semuanya menangis).
Air mata sudah terhenti manakala air mata darah manusia mengambil alih. anak-anak mulai beruban rambut. Ibu-ibu yang memikul anaknya mencampakkan mereka. Manusia kelihatan mabuk padahal mereka sebenarnya tidak mabuk.
Rosululloh SAW Membela Umatnya
Di padang mahsyar orang yang mula-mula berusaha ialah nabi Ibrahim as. Baginda bergantung dengan asap 'Arsy yang naik lalu menyeru: “Tuhan-ku dan Penguasa-ku! Aku adalah khalil-Mu Ibrahim. Kasihanilah kedudukanku pada hari ini! Aku tidak meminta kejayaan Ishak dan anakku pada hari ini.”
Alloh Ta'ala berfirman: “Wahai Ibrahim! Adakah kamu melihat Kekasih mengazab kekasihnya.”
Nabi Musa as datang. Baginda bergantung dengan asap 'Arsy yang naik lalu menyeru: “Kalam-Mu. Aku tidak meminta kepada-Mu melainkan diriku. Aku tidak meminta saudaraku Harun. Selamatkanlah aku dari kacau balau Jahannam!”
'Isa as datang di dalam keadaan menangis. Baginda bergantung dengan 'Arsy lalu menyeru: “Tuhan-ku... Penguasa-ku.. Pencipta-ku! 'Isa "Ruhaniyatihi" Aku tidak meminta melainkan diriku. Selamatkanlah aku dari kacau balau Jahannam!”
Suara jeritan dan tangisan semakin kuat. Nabi Muhammad SAW menyeru: “Tuhan-ku.. Penguasa-ku Penghulu-ku.... !Aku tidak meminta untuk diriku. Sesungguhnya aku meminta untuk umatku dari-Mu!”
Ketika itu juga, neraka Jahanam berseru: “Siapakah yang memberi syafaat kepada umatnya?”
Neraka pula berseru: “Wahai Tuhan-ku... Penguasa-ku dan Penghulu-ku! Selamatkanlah Muhammad dan umatnya dari siksaannya! Selamatkanlah mereka dari kepanasanku, bara apiku, penyiksaanku dan azabku! Sesungguhnya mereka adalah umat yang lemah. Mereka tidak akan sabar dengan penyiksaan.”
Malaikat Zabaniah menolaknya sehingga terdampar di kiri 'Arsy. Neraka sujud di hadapan Tuhan-nya.
Alloh Ta'ala berfirman: “Di mana matahari?” Maka, matahari dibawa mengadap Alloh Ta'ala. Ia berhenti di hadapan Alloh Ta'ala.
Alloh Ta'ala berfirman kepadanya: “Kamu! Kamu telah memerintahkan hambaKu untuk sujud kepada kamu?”
Matahari menjawab. “Tuhan-ku! Maha Suci diri-Mu! Bagaimana aku harus memerintahkan mereka berbuat demikian sedangkan aku adalah hamba yang halus?”
Alloh Ta'ala berfirman: “Aku percaya!”
Alloh Ta'ala telah menambahkan cahaya dan kepanasannya sebanyak 70 kali lipat. Ia telah dihampirkan dengan kepala makhluk.”
Ibnu Abbas r.a. berkata: “Peluh manusia bertiti dan sehingga mereka berenang di dalamnya. Otak-otak kepala mereka menggeleggak seperti periuk yang sedang panas. Perut mereka menjadi seperti jalan yang sempit. Air mata mengalir seperti air mengalir. Suara ratap umat-umat manusia semakin kuat.
Nabi Muhammad SAW lebih-lebih lagi sedih. Air matanya telah hilang dan kering dari pipinya. Sekali, baginda SAW sujud di hadapan 'Arsy dan sekali lagi, baginda SAW ruku' untuk memberi syafaat bagi umatnya.
Para Nabi melihat keluh kesah dan tangisannya. Mereka berkata: “Maha Suci Alloh Hamba yang paling dimuliakan Alloh Ta'ala ini begitu mengambil berat, hal keadaan umatnya.
Daripada Thabit Al-Bani, daripada Utsman An Nahari berkata: “Pada suatu hari Nabi SAW menemui Fatimah Az-Zahara’ r.a. Baginda SAW dapati, dia sedang menangis.”
Baginda Muhammad SAW bersabda: “Permata hatiku! Apa yang menyebabkan dirimu menangis?”
Fatimah menjawab: “Aku teringat akan firman Alloh Ta'ala.”
“Dan, Kami akan mehimpunkan, maka Kami tidak akan mengkhianati walau seorang daripada mereka.”
Lalu Nabi Muhammad SAW pun menangis. Baginda Muhammad SAW bersabda: “Wahai permata hatiku! Sesungguhnya, aku teringat akan hari yang terlalu dahsyat. Umatku telah dikumpulkan pada hari kiamat dikelilingi dengan perasaan dahaga dan telanjang. Mereka memikul dosa mereka di atas belakang mereka. Air mata mereka mengalir di pipi.”
Fatimah r.a. berkata: “Wahai bapakku! Apakah wanita tidak merasa malu terhadap lelaki?”
Baginda Muhammad SAW menjawab: “Wahai Fatimah! Sesungguhnya, hari itu, setiap orang akan sibuk dengan untung nasib dirinya. Adapun aku telah mendengar Firman Alloh Ta'ala:” Bagi setiap orang dari mereka, di hari itu atau satu utusan yang melalaikan dia.
( Abasa: 37)
Fatimah ra. bertanya: “Di mana aku hendak mendapatkanmu di hari kiamat nanti, wahai bapakku?”
Baginda SAW menjawab: “Kamu akan menjumpaiku di sebuah telaga ketika aku sedang memberi minum umatku.”
Fatimah r.h. bertanya lagi: “Sekiranya aku mendapatimu tiada di telaga?”
Baginda SAW bersabda: “Kamu akan menjumpaiku di atas Shirot sambil dikelilingi para Nabi. Aku akan menyeru: “Tuhan Kesejahteraan! Tuhan Kesejahteraan! Para malaikat akan menyambut: “Aamiin.”
Ketika itu juga, terdengar seruan dari arah Alloh Ta'ala lalu berfirman: “Niscaya akan mengikuti kata-katanya pada apa yang kamu sembah.”
Setiap umat akan berkumpul dengan sesuatu yang mereka sembah. Ketika itu juga, neraka Jahannam melebarkan 'tengkuknya' lalu menangkap mereka sebagaimana burung mematuk kacang.
Apabila seruan dari tengah 'Arsy kedengaran, maka manusia yang menyembah-Nya datang beriring. Sebagian daripada orang yang berdiri di situ berkata: “Kami adalah umat Muhammad SAW!”
Alloh Ta'ala berfirman kepada mereka: “Mengapa kamu tidak mengikuti orang yang kamu sembah?”
Mereka berkata: “kami tidak menyembah melainkan Tuhan kami. Dan, kami tidak menyembah selain-Nya.”
Mereka ditanya lagi: “Kami mengenali Tuhan kamu?”
Mereka menjawab: “Maha Suci diri-Nya! Tiada yang kami kenali selain-Nya.”
Apabila ahli neraka dimasukkan ke dalamnya untuk diazab, umat Muhammad SAW mendengar bunyi pukulan dan jeritan penghuni neraka. Lalu malaikat Zabaniyah mencela mereka. Mereka berkata: “Marilah kita pergi meminta syafa'at kepada Muhammad SAW!”
Manusia berpecah kepada tiga kumpulan.
1. Kumpulan orang tua yang menjerit-jerit.
2. Kumpulan pemuda.
3. Wanita yang bersendirian mengelilingi mimbar-mimbar.
Mimbar para Nabi didirikan di atas kawasan lapang ketika kiamat. Mereka semua berminat terhadap mimbar Nabi Muhammad SAW. Mimbar Nabi Muhammad SAW terletak berhampiran dengan tempat berlaku kiamat. Ia juga merupakan mimbar yang paling baik, besar dan cantik. Nabi adam as dan isterinya Hawa berada di bawah mimbar Nabi SAW.
Hawa melihat ke arah mereka lalu berkata: “Wahai Adam! Ramai dari zuriatmu dari umat Muhammad SAW serta cantik wajah mereka. Mereka menyeru: “Di mana Muhammad?”
Mereka berkata: “Kami adalah umat Muhammad SAW. Semua umat telah mengiringi apa yang mereka sembah. Hanya tinggal kami saja. Matahari di atas kepala kami. Ia telah membakar kami. Neraka pula, cahaya juga telah membakar kami. Timbangan semakin berat. Oleh karena itu tolonglah kami agar memohon kepada Alloh Ta'ala untuk menghisab kami dengan segera! Sama ada kami akan pergi ke syurga atau neraka.”
Nabi Adam as berkata: “Pergilah kamu dariku! Sesungguhnya aku sibuk dengan dosa-dosaku. Aku mendengar firman Alloh Ta'ala: Dan dosa Adam terhadap Tuhannya karena lalai. Mereka pergi berjumpa nabi Nuh as yang telah berumur, umur yang panjang dan sangat sabar. Mereka menghampirinya. Apabila nabi Nuh as melihat mereka, dia berdiri.
Pengikut (umat Nabi Muhammad SAW) berkata: “Wahai datuk kami, Nuh! Tolonglah kami terhadap Tuhan kami agar Dia dapat memisahkan di antara kami dan mengutuskan kami dari ahli syurga ke syurga dan ahli neraka ke neraka.”
Nabi Nuh as berkata: “Sesungguhnya, aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah mendoakan agar kaumku dimusnahkan. Aku malu dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Ibrahim kekasih Alloh Ta'ala! Mintalah kepadanya agar menolong kamu!”
Nabi Ibrahim as berkata: “Sesungguhnya aku pernah berbohong di dalam usiaku sebanyak tiga pembohongan di dalam Islam. Aku takut dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Musa as! Mintalah pertolongan darinya!”
Nabi Musa as berkata: “Aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah membunuh seorang jiwa tanpa hak. Aku membunuhnya bukan dari kemauanku sendiri. Aku dapati dia melampaui batas terhadap seorang lelaki Islam. Aku ingin memukulnya. Aku terperanjat kerana menyakitinya lalu menumbuk lelaki tersebut. Ia jatuh lalu mati. Aku takut terhadap tuntutan dosaku. Pergilah kamu berjumpa 'Isa as!”
Mereka pergi berjumpa nabi 'Isa a.s. Nabi 'Isa a.s. berkata: “Sesungguhnya Alloh Ta'ala telah melaknat orang-orang Nasrani. Mereka telah mengambil aku, ibuku sebagai dua Tuhan selain Alloh Ta'ala. Hari ini, aku malu untuk bertanya kepada-Nya mengenai ibuku Maryam.”
Maryam, Asiah, Khadijah dan Fatimah Az-Zahra’ sedang duduk. Ketika Maryam melihat umat Nabi Muhammad SAW dia berkata: “Ini umat Nabi Muhammad SAW. Mereka telah tersesat dari Nabi mereka.”
Suara Maryam, telah didengari oleh Nabi Muhammad SAW Nabi Adam a.s. berkata kepada nabi Muhammad SAW. “Ini umatmu, wahai Muhammad! Mereka berkeliling mencarimu untuk meminta syafaat kepada Alloh Ta'ala.”
Nabi Muhammad SAW menjerit dari atas mimbar lalu bersabda: “Marilah kepadaku, wahai umatku! Wahai sesiapa yang beriman dan tidak melihatku. Aku tidak pernah lari dari kamu melainkan aku senantiasa memohon kepada Alloh Ta'ala untukmu!”
Umat Nabi Muhammad SAW berkumpul di sisinya.
Terdengar suara seruan: “Wahai Adam! Ke marilah kepada Tuhan-mu!” Nabi Adam as berkata: “Wahai Muhammad! Tuhanku telah memanggilku. Moga-moga Dia akan meminta kepadaku.”
Nabi Adam as pergi menemui Alloh Ta'ala. Alloh Ta'ala berfirman kepadanya: “Wahai Adam! Bangunlah dan hantarkan anak-anakmu ke neraka!”
Nabi Adam as bertanya: “Berapa banyak untukku kirimkan?”
Allah Ta'ala berfirman: Setiap seribu lelaki kamu hantarkan seorang ke syurga, 999 orang ke neraka.”
Allah Ta'ala berfirman lagi:
“Wahai Adam! Sekiranya Aku tidak melaknat orang yang berdusta dan Aku haramkan pembohongan, niscaya Aku akan mengasihi anakmu keseluruhannya. Akan, tetapi, Aku telah janjikan syurga bagi orang yang mentaatiKu Neraka pula bagi orang yang mendurhakai-Ku Aku tidak akan memungkiri janji Wahai Adam! Berhentilah di sisi Mizan (timbangan). Sesiapa yang mempunyai berat pada kebaikannya daripada dosanya walaupun seberat biji sawi, bawalah dia untuk memasuki syurga tanpa perlu berunding denganKu! Sesungguhnya Aku telah menjadikan bagi mereka, satu kejahatan dengan satu dosa. Manakala satu kebaikan dengan sepuluh pahala agar memberitahu mereka bahwa, sesungguhnya Aku tidak akan memasukkan mereka ke dalam neraka melainkan setiap yang kembali akan dikembalikan dengan dosa bagi orang yang melampaui batas.”
Nabi Adam as berkata: “Tuhan-ku! Penguasa-ku! Engkau lebih utama bagi menghisab berbanding aku. Hamba itu adalah hamba-Mu dan Engkau Maha Mengetahui sesuatu yang ghaib!”
Umat Muhammad SAW Diseru Meniti Shirot
Allah Ta'ala menyeru: “Wahai Muhammad! Bawalah umatmu untuk dihisab dan lintaskan mereka di atas Shirat yang dilebarkan. Panjangnya sejauh 500 tahun perjalanan.”
Malaikat Malik berdiri di pintunya (neraka). Dia menyeru: “Wahai Muhammad! Sesiapa yang datang dari umatmu dan bersamanya ada perlepasan dari Allah Ta'ala, maka dia akan terselamat. Sekiranya sebaliknya maka, dia akan terjatuh di dalam neraka. Wahai Muhammad! Katakan kepada orang yang diringankan agar berlari! Katakan kepada orang yang diberatkan agar berjalan!”
Nabi Muhammad SAW bersabda kepada malaikat Malik: “Wahai Malik! Dengan kebenaran Alloh Ta'ala ke atasmu, palingkanlah wajahmu dari umatku sehingga mereka dapat melepasi! Jika tidak, hati mereka akan gemetar apabila melihatmu.”
Malaikat Malik memalingkan mukanya dari umat Nabi Muhammad SAW. Umat Nabi Muhammad SAW telah di pecahkan kepada sepuluh kumpulan. Nabi Muhammad SAW mendahului mereka lalu bersabda kepada umatnya: “Ikutlah aku wahai umatku di atas Shirot ini!”
Kumpulan pertama berjaya melintasi seperti kilat yang memancar. Kumpulan kedua melintasi seperti angin yang kencang. Kumpulan ketiga melintasi seperti kuda yang baik. Kumpulan yang keempat seperti burung yang pantas. Kumpulan yang kelima berlari. Kumpulan keenam berjalan. Kumpulan ketujuh berdiri dan duduk karena mereka haus dan penat. Dosa-dosa terpikul di atas belakang mereka.
Nabi Muhammad SAW berhenti di atas Shirot. Setiap kali, baginda SAW melihat seorang dari umatnya bergayut di atas Shirot, baginda Muhammad SAW akan menarik tangannya dan membangunkan dia kembali. Kumpulan kedelapan menarik muka-muka mereka dengan rantai karena terlalu banyak kesalahan dan dosa mereka. Bagi yang buruk, mereka akan menyeru: “Wahai Muhammad SAW!”
Nabi Muhammad SAW berkata: “Tuhan! Selamatkan mereka! Tuhan! Selamatkan mereka!
Kumpulan ke sembilan dan ke sepuluh tertinggal di atas Shirot. Mereka tidak diizinkan untuk menyeberang. Dikatakan bahwa, di pintu syurga, ada pokok yang mempunyai banyak dahan. Bilangan dahannya tidak terkira melainkan Alloh Ta'ala sahaja yang mengetahui. Di atasnya ada anak-anak yang telah mati semasa di dunia ketika umur mereka dua bulan, kurang dan lebih sebelum mereka baligh. Apabila mereka melihat ibu dan bapak mereka, mereka menyambutnya dan mengiringi mereka memasuki syurga. Mereka memberikan gelas-gelas dan cerek serta tuala dari sutera. Mereka memberi ibu dan bapa mereka minum kerana kehausan kiamat. Mereka memasuki syurga bersama-sama.
Hanya tinggal, anak-anak yang belum melihat ibu dan bapak mereka. Suara tangisan mereka semakin nyaring.
Mereka berkata: “Aku mengharamkan syurga bagi diriku sehingga aku melihat bapak dan ibuku.”
anak-anak yang belum melihat ibu dan bapak mereka telah berkumpul. Mereka berkata: “Kami masih di dalam keadaan yatim di sini dan di dunia.”
Malaikat berkata kepada mereka: “Bapak-bapak dan ibu-ibu kamu terlalu berat dosa mereka. Mereka tidak diterima oleh syurga akibat dosa mereka.”
Mereka terus menangis malah lebih kuat dari sebelumnya lalu berkata: “Kami akan duduk di pintu syurga moga-moga Allah Ta'ala mengampuninya dan menyatukan kami dengan mereka.”
“Aku adalah orang (manusia) yang paling awal dibangkitkan dari kubur (bumi) pada hari kiamat yang tiada kebanggaan. Bagiku ada syafaat pada hari kiamat yang tiada kemegahan. Bendera pujian di tanganku dan nabi-nabi keseluruhannya berada di bawah benderaku. Umatku adalah umat yang terbaik. Mereka adalah umat yang pertama dihisab sebelum umat yang lain. Ketika mereka bangkit dari kubur, mereka akan mengibas (membuang) tanah yang ada di atas kepala mereka.
Mereka semua akan berkata: “Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Alloh dan kami bersaksi bahwa Muhammad itu Rosululloh. Inilah yang telah dijanjikan oleh Alloh Ta'ala serta dibenarkan oleh para rasul.”
Ibnu Abbas ra berkata: “Orang yang pertama dibangkitkan dari kubur di hari kiamat ialah Muhammad SAW. Jibril as akan datang kepadanya bersama seekor Buroq. Isrofil pula datang dengan membawa bersama bendera dan mahkota. 'Izroil pula datang dengan membawa bersamanya pakaian-pakaian syurga.”
Jibril as akan menyeru: “Wahai dunia! Di mana kubur Muhammad SAW?”
Bumi akan berkata: “Sesungguhnya, Tuhanku telah menjadikan aku hancur. Telah hilang segala lingkaran, tanda dan gunung-gunungku. Aku tidak tahu dimana kubur Muhammad SAW.”
Rosululloh SAW bersabda: “Lalu diangkatkan tiang-tiang dari cahaya dari kubur Nabi Muhammad SAW ke awan langit. Maka, empat malaikat berada di atas kubur.”
Isrofil bersuara: “Wahai roh yang baik! Kembalilah ke tubuh yang baik!”
Maka, kubur terbelah dua. Pada seruan yang kedua pula, kubur mula terbongkar. Pada seruan yang ketiga, ketika Rosululloh SAW berdiri, baginda SAW telah membuang tanah di atas kepala dan janggut baginda SAW. Baginda Muhammad SAW melihat kanan dan kiri. Baginda Muhammad SAW dapati, tiada lagi bangunan. Baginda Muhammad SAW menangis sehingga mengalir air matanya ke pipi.
Jibril as berkata kepadanya: “Bangun wahai Muhammad! Sesungguhnya kamu di sisi Alloh Ta'ala di tempat yang luas.”
Baginda SAW bertanya, “Kekasihku Jibril! Hari apakah ini?”
Jibril as menjawab: “Wahai Muhammad! Janganlah kamu takut! Inilah hari kiamat. Inilah hari kerugian dan penyesalan. Inilah hari pembentangan Alloh Ta'ala.”
Baginda SAW bersabda: “Kekasihku Jibril! Gembirakanlah aku!”
Jibril as berkata: “Apakah yang kamu lihat di hadapanmu?”
Baginda SAW bersabda: “Bukan seperti itu pertanyaanku.”
Jibril as berkata: “Adakah kamu tidak melihat bendera kepujian yang terpacak di atasmu?”
Baginda SAW bersabda: “Bukan itu maksud pertanyaanku. Aku bertanya kepadamu akan umatku. Di mana perjanjian mereka?”
Jibril as berkata: “Demi keagungan Tuhanku! Tidak akan terbongkar oleh bumi daripada manusia, sebelummu?”
Baginda Muhammad SAW bersabda: “Niscaya akan, kuatlah pertolongan pada hari ini. Aku akan mensyafaatkan umatku.”
Jibril as berkata kepada baginda Muhammad SAW: “Tungganglah Buroq ini wahai Muhammad SAW dan pergilah ke hadapan Tuhan-mu!”
Jibril as datang bersama Buroq ke arah Nabi Muhammad SAW. Buroq mencoba meronta-ronta. Jibril as berkata kepadanya: “Wahai Buroq! Adakah kamu tidak malu dengan makhluk yang paling baik dicipta oleh Alloh Ta'ala? Sudahkah Alloh Ta'ala perintahkan kepadamu agar mentaatinya?”
Buroq berkata: “Aku tahu semua itu. Akan tetapi, aku ingin dia mensyafaatiku agar memasuki syurga sebelum dia menunggangku. Sesungguhnya, Alloh Ta'ala akan datang pada hari ini di dalam keadaan marah. Keadaan yang belum pernah terjadi sebelum ini.”
Baginda SAW bersabda kepada Buroq: “Ya! Sekiranya kamu berhajatkan syafaatku, niscaya aku memberi syafaat kepadamu.”
Setelah berpuas hati, Buraq membenarkan baginda Muhammad SAW menunggangnya lalu dia melangkah. Setiap langkahan Buroq sejauh pandangan mata.
Apabila Nabi Muhammad SAW berada di Baitul Maqdis di atas bumi dari perak yang putih, malaikat Isrofil as menyeru: “Wahai tubuh-tubuh yang telah hancur, tulang-tulang yang telah reput, rambut-rambut yang bertaburan dan urat-urat yang terputus-putus! Bangkitlah kamu dari perut burung, dari perut binatang buas, dari dasar laut dan dari perut bumi ke perhimpunan Tuhan yang Maha Perkasa.
Roh-roh telah diletakkan di dalam tanduk atau sangkakala. Di dalamnya ada beberapa tingkat dengan bilangan roh makhluk. Setiap roh, akan didudukkan berada di dalam tingkat. Langit di atas bumi akan menurunkan hujan dari lautan kehidupan akan air yang sangat pekat seperti air mani lelaki. Daripadanya, terbinalah tulang-tulang. Urat-urat memanjang. Daging kulit dan bulu akan tumbuh. Sebahagian mereka akan kekal ke atas sebahagian tubuh tanpa roh.
Alloh Ta'ala berfirman: “Wahai Isrofil! Tiup tanduk atau sangkakala tersebut dan hidupkan mereka dengan izin-Ku akan penghuni kubur. Sebagian mereka adalah golongan yang gembira dan suka. Sebagian dari mereka adalah golongan yang celaka dan derita.”
Malaikat Isrofil as menjerit: “Wahai roh-roh yang telah hancur! Kembalilah kamu kepada tubuh-tubuhmu. Bangkitlah kamu untuk dikumpulkan di hadapan Tuhan semesta alam.”
Alloh Ta'ala berfirman:
“Demi Keagungan dan Ketinggian-Ku! Aku kembalikan setiap roh pada tubuh-tubuhnya!”
Apabila roh-roh mendengar sumpah Alloh Ta'ala, roh-roh pun keluar untuk mencari jasad mereka. Maka, kembalilah roh pada jasadnya. Bumi pula terbongkar dan mengeluarkan jasad-jasad mereka. Apabila semuanya sedia, masing-masing melihat.
Nabi Muhammad SAW duduk di padang pasir Baitul Maqdis, melihat makhluk-makhluk. Mereka berdiri seperti belalang yang berterbangan. 70 umat berdiri. Umat Nabi Muhammad SAW merupakan satu umat (kumpulan). Nabi SAW berhenti memperhatikan ke arah mereka. Mereka seperti gelombang lautan.
Jibril as menyeru: “Wahai sekalian makhluk, datanglah kamu semua ke tempat perhimpunan yang telah disediakan oleh Alloh Ta'ala.”
Umat-umat datang di dalam keadaan satu-satu kumpulan. Setiap kali Nabi Muhammad SAW berjumpa satu umat, baginda SAW akan bertanya: “Di mana umatku?”
Jibril as berkata: “Wahai Muhammad! Umatmu adalah umat yang terakhir.”
Apabila Nabi 'Isa as datang, Jibril as menyeru: "Tempatmu!” Maka nabi 'Isa as dan Jibril as menangis.
Nabi Muhammad SAW berkata: “Mengapa kamu berdua menangis.”
Jibril as berkata: “Bagaimana keadaan umatmu, Muhammad?”
Nabi Muhammad bertanya: “Di mana umatku?”
Jibril as berkata: “Mereka semua telah datang. Mereka berjalan lambat dan perlahan.”
Apabila mendengar cerita demikian, Nabi Muhammad SAW menangis lalu bertanya: “Wahai Jibril! Bagaimana keadaan umatku yang berbuat dosa?”
Jibril as berkata: “Lihatlah mereka wahai Muhammad SAW!”
Apabila Nabi Muhammad SAW melihat mereka, mereka gembira dan mengucapkan sholawat kepada baginda Muhammad SAW dengan apa yang telah Alloh Ta'ala muliakannya. Mereka gembira karena dapat bertemu dengan baginda Muhammad SAW. Baginda Muhammad SAW juga gembira terhadap mereka. Nabi Muhammad SAW bertemu umatnya yang berdosa. Mereka menangis serta memikul beban di atas belakang mereka sambil menyeru: “Wahai Muhammad!”
Air mata mereka mengalir di pipi. Orang-orang zalim memikul kezaliman mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Wahai umatku.” Mereka berkumpul di sisinya. Umat-umatnya menangis.
Ketika mereka di dalam keadaan demikian, terdengar dari arah Alloh Ta'ala seruan yang menyeru: “Di mana Jibril?”
Jibril as berkata: “Jibril di hadapan Alloh, Tuhan semesta alam.”
Alloh Ta'ala berfirman di dalam keadaan Dia amat mengetahui sesuatu yang tersembunyi: “Di mana umat Muhammad SAW?”
Jibril as berkata: “Mereka adalah sebaik-baik umat.”
Alloh Ta'ala berfirman: “Wahai Jibril! Katakanlah kepada kekasih-Ku Muhammad SAW bahwa umatnya akan datang untuk ditayangkan di hadapanKu.”
Jibril as kembali di dalam keadaan menangis lalu berkata: “Wahai Muhammad! Umatmu telah datang untuk ditayangkan kepada Alloh Ta'ala.”
Nabi Muhammad SAW berpaling ke arah umatnya lalu berkata: “Sesungguhnya kamu telah dipanggil untuk dihadapkan kepada Alloh Ta'ala.”
Orang-orang yang berdosa menangis karena terkejut dan takut akan azab Alloh Ta'ala. Nabi Muhammad SAW memimpin mereka menuju di hadapan Alloh Ta'ala. Alloh Ta'ala berfirman: “Wahai hamba-Ku! Dengarkanlah kamu baik-baik kepada-Ku tuduhan apa-apa yang telah diperdengarkan bagi kamu dan kamu semua melakukan dosa!”
Hamba-hamba Alloh Ta'ala terdiam. Alloh Ta'ala berfirman: “Hari ini, Kami akan membalas setiap jiwa dengan apa yang telah mereka usahakan. Hari ini, Aku akan memuliakan sesiapa yang mentaati-Ku. Dan, Aku akan mengazab sesiapa yang mendurhakai terhadap-Ku. Wahai Jibril! Pergi ke arah Malik, penjaga neraka! Katakanlah kepadanya, bawakan Jahanam!”
Jibril pergi berjumpa Malik, penjaga neraka lalu berkata: “Wahai Malik! Alloh Ta'ala telah memerintahkanmu agar membawa Jahanam.”
Malik bertanya: “Apakah hari ini?”
Jibril menjawab: “Hari ini adalah hari kiamat. Hari yang telah ditetapkan untuk membalas setiap jiwa dengan apa yang telah mereka usahakan.”
Malik berkata: “Wahai Jibril! Adakah Alloh Ta'ala telah mengumpulkan makhluk?”
Jibril menjawab: “Ya!”
Malik bertanya: “Di mana Muhammad dan umatnya?”
Jibril berkata: “Di hadapan Alloh Ta'ala!”
Malik bertanya lagi: “Bagaimana mereka mampu menahan kesabaran terhadap kepanasan nyalanya Jahannam apabila mereka melintasinya sedangkan mereka semua adalah umat yang lemah?”
Jibril berkata: “Aku tidak tahu!”
Malik menjerit ke arah neraka dengan sekali jeritan. Neraka berdiri di atas tiang-tiangnya. Neraka mempunyai tiang-tiang yang keras, kuat dan panjang. Api dinyalakan sehingga tiada kekal mata seorang dari makhluk melainkan bercucuran air mata mereka (semuanya menangis).
Air mata sudah terhenti manakala air mata darah manusia mengambil alih. anak-anak mulai beruban rambut. Ibu-ibu yang memikul anaknya mencampakkan mereka. Manusia kelihatan mabuk padahal mereka sebenarnya tidak mabuk.
Rosululloh SAW Membela Umatnya
Di padang mahsyar orang yang mula-mula berusaha ialah nabi Ibrahim as. Baginda bergantung dengan asap 'Arsy yang naik lalu menyeru: “Tuhan-ku dan Penguasa-ku! Aku adalah khalil-Mu Ibrahim. Kasihanilah kedudukanku pada hari ini! Aku tidak meminta kejayaan Ishak dan anakku pada hari ini.”
Alloh Ta'ala berfirman: “Wahai Ibrahim! Adakah kamu melihat Kekasih mengazab kekasihnya.”
Nabi Musa as datang. Baginda bergantung dengan asap 'Arsy yang naik lalu menyeru: “Kalam-Mu. Aku tidak meminta kepada-Mu melainkan diriku. Aku tidak meminta saudaraku Harun. Selamatkanlah aku dari kacau balau Jahannam!”
'Isa as datang di dalam keadaan menangis. Baginda bergantung dengan 'Arsy lalu menyeru: “Tuhan-ku... Penguasa-ku.. Pencipta-ku! 'Isa "Ruhaniyatihi" Aku tidak meminta melainkan diriku. Selamatkanlah aku dari kacau balau Jahannam!”
Suara jeritan dan tangisan semakin kuat. Nabi Muhammad SAW menyeru: “Tuhan-ku.. Penguasa-ku Penghulu-ku.... !Aku tidak meminta untuk diriku. Sesungguhnya aku meminta untuk umatku dari-Mu!”
Ketika itu juga, neraka Jahanam berseru: “Siapakah yang memberi syafaat kepada umatnya?”
Neraka pula berseru: “Wahai Tuhan-ku... Penguasa-ku dan Penghulu-ku! Selamatkanlah Muhammad dan umatnya dari siksaannya! Selamatkanlah mereka dari kepanasanku, bara apiku, penyiksaanku dan azabku! Sesungguhnya mereka adalah umat yang lemah. Mereka tidak akan sabar dengan penyiksaan.”
Malaikat Zabaniah menolaknya sehingga terdampar di kiri 'Arsy. Neraka sujud di hadapan Tuhan-nya.
Alloh Ta'ala berfirman: “Di mana matahari?” Maka, matahari dibawa mengadap Alloh Ta'ala. Ia berhenti di hadapan Alloh Ta'ala.
Alloh Ta'ala berfirman kepadanya: “Kamu! Kamu telah memerintahkan hambaKu untuk sujud kepada kamu?”
Matahari menjawab. “Tuhan-ku! Maha Suci diri-Mu! Bagaimana aku harus memerintahkan mereka berbuat demikian sedangkan aku adalah hamba yang halus?”
Alloh Ta'ala berfirman: “Aku percaya!”
Alloh Ta'ala telah menambahkan cahaya dan kepanasannya sebanyak 70 kali lipat. Ia telah dihampirkan dengan kepala makhluk.”
Ibnu Abbas r.a. berkata: “Peluh manusia bertiti dan sehingga mereka berenang di dalamnya. Otak-otak kepala mereka menggeleggak seperti periuk yang sedang panas. Perut mereka menjadi seperti jalan yang sempit. Air mata mengalir seperti air mengalir. Suara ratap umat-umat manusia semakin kuat.
Nabi Muhammad SAW lebih-lebih lagi sedih. Air matanya telah hilang dan kering dari pipinya. Sekali, baginda SAW sujud di hadapan 'Arsy dan sekali lagi, baginda SAW ruku' untuk memberi syafaat bagi umatnya.
Para Nabi melihat keluh kesah dan tangisannya. Mereka berkata: “Maha Suci Alloh Hamba yang paling dimuliakan Alloh Ta'ala ini begitu mengambil berat, hal keadaan umatnya.
Daripada Thabit Al-Bani, daripada Utsman An Nahari berkata: “Pada suatu hari Nabi SAW menemui Fatimah Az-Zahara’ r.a. Baginda SAW dapati, dia sedang menangis.”
Baginda Muhammad SAW bersabda: “Permata hatiku! Apa yang menyebabkan dirimu menangis?”
Fatimah menjawab: “Aku teringat akan firman Alloh Ta'ala.”
“Dan, Kami akan mehimpunkan, maka Kami tidak akan mengkhianati walau seorang daripada mereka.”
Lalu Nabi Muhammad SAW pun menangis. Baginda Muhammad SAW bersabda: “Wahai permata hatiku! Sesungguhnya, aku teringat akan hari yang terlalu dahsyat. Umatku telah dikumpulkan pada hari kiamat dikelilingi dengan perasaan dahaga dan telanjang. Mereka memikul dosa mereka di atas belakang mereka. Air mata mereka mengalir di pipi.”
Fatimah r.a. berkata: “Wahai bapakku! Apakah wanita tidak merasa malu terhadap lelaki?”
Baginda Muhammad SAW menjawab: “Wahai Fatimah! Sesungguhnya, hari itu, setiap orang akan sibuk dengan untung nasib dirinya. Adapun aku telah mendengar Firman Alloh Ta'ala:” Bagi setiap orang dari mereka, di hari itu atau satu utusan yang melalaikan dia.
( Abasa: 37)
Fatimah ra. bertanya: “Di mana aku hendak mendapatkanmu di hari kiamat nanti, wahai bapakku?”
Baginda SAW menjawab: “Kamu akan menjumpaiku di sebuah telaga ketika aku sedang memberi minum umatku.”
Fatimah r.h. bertanya lagi: “Sekiranya aku mendapatimu tiada di telaga?”
Baginda SAW bersabda: “Kamu akan menjumpaiku di atas Shirot sambil dikelilingi para Nabi. Aku akan menyeru: “Tuhan Kesejahteraan! Tuhan Kesejahteraan! Para malaikat akan menyambut: “Aamiin.”
Ketika itu juga, terdengar seruan dari arah Alloh Ta'ala lalu berfirman: “Niscaya akan mengikuti kata-katanya pada apa yang kamu sembah.”
Setiap umat akan berkumpul dengan sesuatu yang mereka sembah. Ketika itu juga, neraka Jahannam melebarkan 'tengkuknya' lalu menangkap mereka sebagaimana burung mematuk kacang.
Apabila seruan dari tengah 'Arsy kedengaran, maka manusia yang menyembah-Nya datang beriring. Sebagian daripada orang yang berdiri di situ berkata: “Kami adalah umat Muhammad SAW!”
Alloh Ta'ala berfirman kepada mereka: “Mengapa kamu tidak mengikuti orang yang kamu sembah?”
Mereka berkata: “kami tidak menyembah melainkan Tuhan kami. Dan, kami tidak menyembah selain-Nya.”
Mereka ditanya lagi: “Kami mengenali Tuhan kamu?”
Mereka menjawab: “Maha Suci diri-Nya! Tiada yang kami kenali selain-Nya.”
Apabila ahli neraka dimasukkan ke dalamnya untuk diazab, umat Muhammad SAW mendengar bunyi pukulan dan jeritan penghuni neraka. Lalu malaikat Zabaniyah mencela mereka. Mereka berkata: “Marilah kita pergi meminta syafa'at kepada Muhammad SAW!”
Manusia berpecah kepada tiga kumpulan.
1. Kumpulan orang tua yang menjerit-jerit.
2. Kumpulan pemuda.
3. Wanita yang bersendirian mengelilingi mimbar-mimbar.
Mimbar para Nabi didirikan di atas kawasan lapang ketika kiamat. Mereka semua berminat terhadap mimbar Nabi Muhammad SAW. Mimbar Nabi Muhammad SAW terletak berhampiran dengan tempat berlaku kiamat. Ia juga merupakan mimbar yang paling baik, besar dan cantik. Nabi adam as dan isterinya Hawa berada di bawah mimbar Nabi SAW.
Hawa melihat ke arah mereka lalu berkata: “Wahai Adam! Ramai dari zuriatmu dari umat Muhammad SAW serta cantik wajah mereka. Mereka menyeru: “Di mana Muhammad?”
Mereka berkata: “Kami adalah umat Muhammad SAW. Semua umat telah mengiringi apa yang mereka sembah. Hanya tinggal kami saja. Matahari di atas kepala kami. Ia telah membakar kami. Neraka pula, cahaya juga telah membakar kami. Timbangan semakin berat. Oleh karena itu tolonglah kami agar memohon kepada Alloh Ta'ala untuk menghisab kami dengan segera! Sama ada kami akan pergi ke syurga atau neraka.”
Nabi Adam as berkata: “Pergilah kamu dariku! Sesungguhnya aku sibuk dengan dosa-dosaku. Aku mendengar firman Alloh Ta'ala: Dan dosa Adam terhadap Tuhannya karena lalai. Mereka pergi berjumpa nabi Nuh as yang telah berumur, umur yang panjang dan sangat sabar. Mereka menghampirinya. Apabila nabi Nuh as melihat mereka, dia berdiri.
Pengikut (umat Nabi Muhammad SAW) berkata: “Wahai datuk kami, Nuh! Tolonglah kami terhadap Tuhan kami agar Dia dapat memisahkan di antara kami dan mengutuskan kami dari ahli syurga ke syurga dan ahli neraka ke neraka.”
Nabi Nuh as berkata: “Sesungguhnya, aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah mendoakan agar kaumku dimusnahkan. Aku malu dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Ibrahim kekasih Alloh Ta'ala! Mintalah kepadanya agar menolong kamu!”
Nabi Ibrahim as berkata: “Sesungguhnya aku pernah berbohong di dalam usiaku sebanyak tiga pembohongan di dalam Islam. Aku takut dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Musa as! Mintalah pertolongan darinya!”
Nabi Musa as berkata: “Aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah membunuh seorang jiwa tanpa hak. Aku membunuhnya bukan dari kemauanku sendiri. Aku dapati dia melampaui batas terhadap seorang lelaki Islam. Aku ingin memukulnya. Aku terperanjat kerana menyakitinya lalu menumbuk lelaki tersebut. Ia jatuh lalu mati. Aku takut terhadap tuntutan dosaku. Pergilah kamu berjumpa 'Isa as!”
Mereka pergi berjumpa nabi 'Isa a.s. Nabi 'Isa a.s. berkata: “Sesungguhnya Alloh Ta'ala telah melaknat orang-orang Nasrani. Mereka telah mengambil aku, ibuku sebagai dua Tuhan selain Alloh Ta'ala. Hari ini, aku malu untuk bertanya kepada-Nya mengenai ibuku Maryam.”
Maryam, Asiah, Khadijah dan Fatimah Az-Zahra’ sedang duduk. Ketika Maryam melihat umat Nabi Muhammad SAW dia berkata: “Ini umat Nabi Muhammad SAW. Mereka telah tersesat dari Nabi mereka.”
Suara Maryam, telah didengari oleh Nabi Muhammad SAW Nabi Adam a.s. berkata kepada nabi Muhammad SAW. “Ini umatmu, wahai Muhammad! Mereka berkeliling mencarimu untuk meminta syafaat kepada Alloh Ta'ala.”
Nabi Muhammad SAW menjerit dari atas mimbar lalu bersabda: “Marilah kepadaku, wahai umatku! Wahai sesiapa yang beriman dan tidak melihatku. Aku tidak pernah lari dari kamu melainkan aku senantiasa memohon kepada Alloh Ta'ala untukmu!”
Umat Nabi Muhammad SAW berkumpul di sisinya.
Terdengar suara seruan: “Wahai Adam! Ke marilah kepada Tuhan-mu!” Nabi Adam as berkata: “Wahai Muhammad! Tuhanku telah memanggilku. Moga-moga Dia akan meminta kepadaku.”
Nabi Adam as pergi menemui Alloh Ta'ala. Alloh Ta'ala berfirman kepadanya: “Wahai Adam! Bangunlah dan hantarkan anak-anakmu ke neraka!”
Nabi Adam as bertanya: “Berapa banyak untukku kirimkan?”
Allah Ta'ala berfirman: Setiap seribu lelaki kamu hantarkan seorang ke syurga, 999 orang ke neraka.”
Allah Ta'ala berfirman lagi:
“Wahai Adam! Sekiranya Aku tidak melaknat orang yang berdusta dan Aku haramkan pembohongan, niscaya Aku akan mengasihi anakmu keseluruhannya. Akan, tetapi, Aku telah janjikan syurga bagi orang yang mentaatiKu Neraka pula bagi orang yang mendurhakai-Ku Aku tidak akan memungkiri janji Wahai Adam! Berhentilah di sisi Mizan (timbangan). Sesiapa yang mempunyai berat pada kebaikannya daripada dosanya walaupun seberat biji sawi, bawalah dia untuk memasuki syurga tanpa perlu berunding denganKu! Sesungguhnya Aku telah menjadikan bagi mereka, satu kejahatan dengan satu dosa. Manakala satu kebaikan dengan sepuluh pahala agar memberitahu mereka bahwa, sesungguhnya Aku tidak akan memasukkan mereka ke dalam neraka melainkan setiap yang kembali akan dikembalikan dengan dosa bagi orang yang melampaui batas.”
Nabi Adam as berkata: “Tuhan-ku! Penguasa-ku! Engkau lebih utama bagi menghisab berbanding aku. Hamba itu adalah hamba-Mu dan Engkau Maha Mengetahui sesuatu yang ghaib!”
Umat Muhammad SAW Diseru Meniti Shirot
Allah Ta'ala menyeru: “Wahai Muhammad! Bawalah umatmu untuk dihisab dan lintaskan mereka di atas Shirat yang dilebarkan. Panjangnya sejauh 500 tahun perjalanan.”
Malaikat Malik berdiri di pintunya (neraka). Dia menyeru: “Wahai Muhammad! Sesiapa yang datang dari umatmu dan bersamanya ada perlepasan dari Allah Ta'ala, maka dia akan terselamat. Sekiranya sebaliknya maka, dia akan terjatuh di dalam neraka. Wahai Muhammad! Katakan kepada orang yang diringankan agar berlari! Katakan kepada orang yang diberatkan agar berjalan!”
Nabi Muhammad SAW bersabda kepada malaikat Malik: “Wahai Malik! Dengan kebenaran Alloh Ta'ala ke atasmu, palingkanlah wajahmu dari umatku sehingga mereka dapat melepasi! Jika tidak, hati mereka akan gemetar apabila melihatmu.”
Malaikat Malik memalingkan mukanya dari umat Nabi Muhammad SAW. Umat Nabi Muhammad SAW telah di pecahkan kepada sepuluh kumpulan. Nabi Muhammad SAW mendahului mereka lalu bersabda kepada umatnya: “Ikutlah aku wahai umatku di atas Shirot ini!”
Kumpulan pertama berjaya melintasi seperti kilat yang memancar. Kumpulan kedua melintasi seperti angin yang kencang. Kumpulan ketiga melintasi seperti kuda yang baik. Kumpulan yang keempat seperti burung yang pantas. Kumpulan yang kelima berlari. Kumpulan keenam berjalan. Kumpulan ketujuh berdiri dan duduk karena mereka haus dan penat. Dosa-dosa terpikul di atas belakang mereka.
Nabi Muhammad SAW berhenti di atas Shirot. Setiap kali, baginda SAW melihat seorang dari umatnya bergayut di atas Shirot, baginda Muhammad SAW akan menarik tangannya dan membangunkan dia kembali. Kumpulan kedelapan menarik muka-muka mereka dengan rantai karena terlalu banyak kesalahan dan dosa mereka. Bagi yang buruk, mereka akan menyeru: “Wahai Muhammad SAW!”
Nabi Muhammad SAW berkata: “Tuhan! Selamatkan mereka! Tuhan! Selamatkan mereka!
Kumpulan ke sembilan dan ke sepuluh tertinggal di atas Shirot. Mereka tidak diizinkan untuk menyeberang. Dikatakan bahwa, di pintu syurga, ada pokok yang mempunyai banyak dahan. Bilangan dahannya tidak terkira melainkan Alloh Ta'ala sahaja yang mengetahui. Di atasnya ada anak-anak yang telah mati semasa di dunia ketika umur mereka dua bulan, kurang dan lebih sebelum mereka baligh. Apabila mereka melihat ibu dan bapak mereka, mereka menyambutnya dan mengiringi mereka memasuki syurga. Mereka memberikan gelas-gelas dan cerek serta tuala dari sutera. Mereka memberi ibu dan bapa mereka minum kerana kehausan kiamat. Mereka memasuki syurga bersama-sama.
Hanya tinggal, anak-anak yang belum melihat ibu dan bapak mereka. Suara tangisan mereka semakin nyaring.
Mereka berkata: “Aku mengharamkan syurga bagi diriku sehingga aku melihat bapak dan ibuku.”
anak-anak yang belum melihat ibu dan bapak mereka telah berkumpul. Mereka berkata: “Kami masih di dalam keadaan yatim di sini dan di dunia.”
Malaikat berkata kepada mereka: “Bapak-bapak dan ibu-ibu kamu terlalu berat dosa mereka. Mereka tidak diterima oleh syurga akibat dosa mereka.”
Mereka terus menangis malah lebih kuat dari sebelumnya lalu berkata: “Kami akan duduk di pintu syurga moga-moga Allah Ta'ala mengampuninya dan menyatukan kami dengan mereka.”
Demikianlah! Orang yang melakukan dosa besar akan dikurung di tempat pembalasan yang pertama oleh mereka yaitu Shirot. Ia dipanggil “Tempat Teropong.” Kaki-kaki mereka akan tergantung di Shirot.
Nabi Muhammad SAW melintasi Shirot bersama orang-orang yang soleh di kalangan yang terdahulu dan orang yang taat selepasnya. Di hadapannya, ada bendera-bendera yang berkibaran. Bendera Kepujian berada di atas kepalanya.
Apabila bendera baginda menghampiri pintu syurga, anak-anak akan meninggikan tangisan mereka. Rosululloh SAW bersabda:
“Apa yang berlaku pada anak-anak ini?” Malaikat menjawab: “Mereka menangis karena berpisah dengan bapak dan ibu mereka.“ Nabi SAW bersabda: “Aku akan menyelidiki khabar mereka dan aku akan memberi syafaat kepada mereka, Insya Alloh.”
Nabi Muhammad SAW memasuki syurga bersama umatnya yang berada di belakang. Setiap kaum akan kekal didalam rumah-rumah mereka. Kita memohon kepada Alloh Ta'ala agar memasukkan kita di dalam keutamaan ini dan menjadikan kita sebagian daripada mereka.
Wallahu A'lam
Langganan:
Postingan (Atom)