Selasa, 28 Agustus 2012

Apa yang Terjadi Dengan Kita di Alam Kubur?


 


Sesungguhnya mayat di dalam kubur akan melalui beberapa fasa perubahan. Berikut ini adalah fasa tersebut secara ringkas sejak malam pertama di alam kubur sehingga 25 tahun berikutnya.

Malam Pertama

Setelah dikuburkan, pembusukan bermula pada daerah perut dan kemaluan. Subhanallah, perut dan kemaluan adalah dua hal terpenting yang anak cucu Adam saling bergulat dan menjaganya di dunia. Setelah itu, jasad akan mula berubah menjadi hijau kehitaman. Setelah berbagai solekan dan alat-alat kecantikan semasa hayat di dunia, setelah meninggal dunia manusia hanya akan memiliki satu warna sahaja.

Malam Kedua
Anggota-anggota tubuh yang lain seperti limpa, hati, paru-paru dan lambung akan mula membusuk.

Hari Ketiga
Anggota-anggota tubuh mula mengeluarkan bau yang busuk.

Setelah Seminggu
Wajah dan mata mula membengkak.

Setelah 10 hari
Tetap terjadi pembusukan pada pada anggota-anggota tubuh.

Setelah 2 Minggu
Rambut mulai gugur. Lalat hijau mulai mencium bau busuk dari jarak 5 km dan ulat-ulat pun mula menutupi seluruh tubuh.

Setelah 6 Bulan
Semua anggota telah tiada yang tinggal cuma tulang rangka sahaja.

Setelah 25 Tahun
Rangka tubuh ini akan berubah menjadi semacam biji, dan di dalam biji tersebut, anda akan menemukan satu tulang yang sangat kecil disebut ‘Ajbudz Dzanab’ (tulang ekor), dari tulang inilah kita akan dibangkitkan oleh ALLAH SWT pada hari kiamat.

Sahabat-sahabat yang dirahmati ALLAH, inilah tubuh yang selama ini kita jaga.
Inilah tubuh yang kita berbuat maksiat kepada ALLAH dengannya.
Oleh kerana itu, janganlah biarkan umur dan jasad kita dalam keadaan sia-sia janji ALLAH adalah benar.

Ya ALLAH, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-
MU. Ya ALLAH, jadikanlah kuburan kami sebagai satu taman dari taman-taman syurga dan jangan jadikan ianya sebagai satu lubang dari lubang-lubang api neraka.
Aaamiiin Ya Robbal Alamiiin.

Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Barisan Manusia di Akhirat

 

Suatu ketika, Muadz bin Jabal ra mengadap Rasulullah SAW dan bertanya: “Wahai Rasulullah, tolong jelaskan kepadaku mengenai firman Allah SWT: Pada sangkakala ditiup, maka kamu sekalian datang berbaris-baris” (Surah an-Naba’:18)

Mendengar pertanyaan itu, baginda menangis dan basah pakaian dengan air mata. Lalu menjawab: “Wahai Muadz, engkau telah bertanya kepada aku, perkara yang amat besar, bahwa umatku akan digiring, dikumpulkan berbaris-baris menjadi 12 barisan, masing-masing dengan pembawaan mereka sendiri….”

Maka dijelaskanlah oleh Rasulullah ke 12 barisan tersebut :-

BARISAN PERTAMA
Di iring dari kubur dengan tidak bertangan dan berkaki. Keadaan mereka ini dijelaskan melalui satu seruan dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: “Mereka itu adalah orang-orang yang sewaktu hidupnya menyakiti hati tetangganya, maka demikianlah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”

BARISAN KEDUA
Diiring dari kubur berbentuk babi hutan. Datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: “Mereka itu adalah orang yang sewaktu hidupnya meringan-ringankan solat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”

BARISAN KETIGA
Mereka berbentuk keldai, sedangkan perut mereka penuh dengan ular dan kala jengking. “Mereka itu adalah orang yang enggan membayar zakat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”

BARISAN KEEMPAT
Diiring dari kubur dengan keadaan darah seperti air pancutan keluar dari mulut mereka. “Mereka itu adalah orang yang berdusta di dalam jualbeli, maka inilah balasannya dan tempat mereka adalah neraka…”

BARISAN KELIMA
Diiring dari kubur dengan bau busuk daripada bangkai. Ketika itu Allah SWT menurunkan angin sehingga bau busuk itu mengganggu ketenteraman di Padang Mahsyar. “Mereka itu adalah orang yang menyembunyikan perlakuan derhaka takut diketahui oleh manusia tetapi tidak pula rasa takut kepada Allah SWT, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”

BARISAN KEENAM
Diiring dari kubur dengan keadaan kepala mereka terputus dari badan. “Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”

BARISAN KETUJUH
Diiring dari kubur tanpa mempunyai lidah tetapi dari mulut mereka mengalir keluar nanah dan darah. “Mereka itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di atas kebenaran, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”

BARISAN KELAPAN
Diiring dari kubur dalam keadaan terbalik dengan kepala ke bawah dan kaki ke atas. “Mereka adalah orang yang berbuat zina, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”

BARISAN KESEMBILAN
Diiring dari kubur dengan berwajah hitam gelap dan bermata biru sementara dalam diri mereka penuh dengan api gemuruh. “Mereka itu adalah orang yang makan harta anak yatim dengan cara yang tidak sebenarnya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”

BARISAN KESEPULUH
Diiring dari kubur mereka dalam keadaan tubuh mereka penuh dengan penyakit sopak dan kusta. “Mereka adalah orang yang derhaka kepada orang tuanya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”

BARISAN KESEBELAS
Diiring dari kubur mereka dengan berkeadaan buta mata-kepala, gigi mereka memanjang seperti tanduk lembu jantan, bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang sampai ke perut mereka dan keluar beraneka kotoran. “Mereka adalah orang yang minum arak, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka…”

BARISAN KEDUA BELAS
Mereka diiring dari kubur dengan wajah yang bersinar-sinar laksana bulan purnama. Mereka melalui titian sirat seperti kilat. Maka,datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih memaklumkan: “Mereka adalah orang yang beramal salih dan banyak berbuat baik. Mereka menjauhi perbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu, ketika meninggal dunia keadaan mereka sudah bertaubat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah syurga, mendapat keampunan, kasih sayang dan keredhaan Allah Yang Maha Pengasih…”

5 FAKTA MENARIK DAN MENAKJUBKAN MENGENAI ADZAN





Setiap hari kita mendengar adzan dimulai dari subuh sampai adzan isya’. Adzan senderi merupakan media luar biasa untuk mengumandangkan tauhid terhadap yang Maha Kuasa dan risalah (kenabian) Nabi Muhammad saw.

Adzan juga merupakan panggilan shalat kepada umat Islam, yang terus bergema di seluruh dunia lima kali setiap hari.

Betapa mengagumkan suara adzan itu, dan bagi umat Islam di seluruh dunia, adzan merupakan sebuah fakta yang telah mapan.



Indonesia misalnya, sebagai sebuah negara terdiri dari ribuan pulau dan dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Nah .. Lima fakta mengagumkan seputar adzan berikut ini :

1 . Kalimat Penyeru Yang Mengandung “Kekuatan Supranatural” ..

Ketika azan berkumandang, kaum yang bukan sekedar muslim, tetapi juga beriman, bergegas meninggalkan seluruh aktivitas duniawi dan bersegera menuju masjid untuk menunaikan salat berjamaah.

Simpul-simpul kesadaran psiko-religius dalam otak mereka mendadak bergetar hebat, terhubung secara simultan, dan dengan totalitas kesadaran seorang hamba (abdi) mereka bersimpuh, luruh dalam kesyahduan ibadah shalat berjamaah.

2. Asal Mula Yang Menakjubkan: ...

Pada jaman dulu, Rasulullah Saw. kebingungan untuk menyampaikan saat waktu shalat tiba kepada seluruh umatnya. Maka dicarilah berbagai cara. Ada yang mengusulkan untuk mengibarkan bendera pas waktu shalat itu tiba, ada yang usul untuk menyalakan api di atas bukit, meniup terompet, dan bahkan membunyikan lonceng. Tetapi semuanya dianggap kurang pas dan kurang cocok.

Adalah Abdullah bin Zaid yang bermimpi bertemu dengan seseorang yang memberitahunya untuk mengumandangkan adzan dengan menyerukan lafaz-lafaz adzan yang sudah kita ketahui sekarang.

Mimpi itu disampaikan Abdullah bin Zaid kepada Rasulullah Saw. Umar bin Khathab yang sedang berada di rumah mendengar suara itu.

Ia langsung keluar sambil menarik jubahnya dan berkata: ”Demi Tuhan Yang mengutusmu dengan Hak, ya Rasulullah, aku benar-benar melihat seperti yang ia lihat (di dalam mimpi).

Lalu Rasulullah bersabda: ”Segala puji bagimu.” yang kemudian Rasulullah menyetujuinya untuk menggunakan lafaz-lafaz adzan itu untuk menyerukan panggilan shalat.

3. Adzan Senantiasa Ada Saat Peristiwa2 Penting:...

Adzan Digunakan islam untuk memanggil Umat untuk Melaksanakan shalat. Selain itu adzan juga dikumandangkan disaat-saat Penting. Ketika lahirnya seorang Bayi, ketika Peristiwa besar. Peristiwa besar yang dimaksud adalah:

- Fathu Makah : Pembebasan Mekkah merupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 630 tepatnya pada tanggal 10 Ramadan 8 H, dimana Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kemudian menguasai Mekkah secara keseluruhan, sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka’bah. Lalu Bilal Mengumandangkan Adzan Diatas Ka’bah.

- Perebutan kekuasaan Konstatinopel : Konstantinopel jatuh ke tangan pasukan Ottoman, mengakhiri Kekaisaran Romawi Timur. lalu beberapa perajurit ottoman masuk kedalam Ramapsan terbesar Mereka Sofia..lalu mengumandangkan adzan disana sebagai tanda kemenagan meraka.

4. Adzan Sudah Miliyaran kali Dikumandangkan:...

Sejak pertama dikumandangkan sampai saat ini mungkin sudah sekitar 1500 tahunan lebih adzan dikumandangkan. Anggaplah setahun 356 hari . berarti 1500 tahun X 356 hari= 534000 dan kalikan kembali dengan jumlah umat islam yang terus bertambah tiap tahunnya.

Kita anggap umat islam saat ini sekitar 2 miliyar orang dengan persentase 2 milyar umat dengan 2 juta muadzin saja. Hasilnya = 534.000 x 2.000.000 = 1.068.000.000.000 dikalikan 5 = 5.340.000.000.000

5. Adzan Ternyata Tidak Pernah Berhenti Berkumandang....

Proses itu terus berlangsung dan bergerak ke arah barat kepulauan Indonesia. Perbedaan waktu antara timur dan barat pulau-pulau di Indonesia adalah satu jam.

Oleh karena itu, satu jam setelah adzan selesai di Sulawesi, maka adzan segera bergema di Jakarta, disusul pula sumatra. Dan adzan belum berakhir di Indonesia, maka ia sudah dimulai di Malaysia. Burma adalah di baris berikutnya, dan dalam waktu beberapa jam dari Jakarta, maka adzan mencapai Dacca, ibukota Bangladesh.

Dan begitu adzan berakhir di Bangladesh, maka ia ia telah dikumandangkan di barat India, dari Kalkuta ke Srinagar. Kemudian terus menuju Bombay dan seluruh kawasan India.

Srinagar dan Sialkot (sebuah kota di Pakistan utara) memiliki waktu adzan yang sama. Perbedaan waktu antara Sialkot, Kota, Karachi dan Gowadar (kota di Baluchistan, sebuah provinsi di Pakistan) adalah empat puluh menit, dan dalam waktu ini, (Dawn) adzan Fajar telah terdengar di Pakistan.

Sebelum berakhir di sana, ia telah dimulai di Afghanistan dan Muscat. Perbedaan waktu antara Muscat dan Baghdad adalah satu jam. Adzan kembali terdengar selama satu jam di wilayah Hijaz al-Muqaddas (Makkah dan Madinah), Yaman, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Irak.

Perbedaan waktu antara Bagdad dan Iskandariyah di Mesir adalah satu jam. Adzan terus bergema di Siria, Mesir, Somalia dan Sudan selama jam tersebut. Iskandariyah dan Istanbul terletak di bujur geografis yang sama. Perbedaan waktu antara timur dan barat Turki adalah satu setengah jam, dan pada saat ini seruan shalat dikumandangkan.

Iskandariyah dan Tripoli (ibukota Libya) terletak di lokasi waktu yang sama. Proses panggilan Adzan sehingga terus berlangsung melalui seluruh kawasan Afrika. Oleh karena itu, kumandang keesaan Allah dan kenabian Muhammad saw yang dimulai dari bagian timur pulau Indonesia itu tiba di pantai timur Samudera Atlantik setelah sembilan setengah jam.

Sebelum Adzan mencapai pantai Atlantik, kumandang adzan Zhuhur telah dimulai di kawasan timur Indonesia, dan sebelum mencapai Dacca, adzan Ashar telah dimulai.

Dan begitu adzan mencapai Jakarta setelah kira-kira satu setengah jam kemudian, maka waktu Maghrib menyusul. Dan tidak lama setelah waktu Maghrib mencapai Sumatera, maka waktu adzan Isya telah dimulai di Sulawesi!

Bila Muadzin di Indonesia mengumandangkan adzan Fajar, maka muadzin di Afrika mengumandangkan adzan untuk Isya.

Semoga informasi mengenai 5 Fakta Menarik Mengenai Adzan ini bermanfat buat kita semua ...

.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan

Selasa, 14 Agustus 2012

Shalatku Adalah Hidup Matiku...

 

Menjadi hamba Allah yang selalu bersujud.
Pernahkah kita merenung bahwa ketika kita melaksanakan shalat fardhu maka sesungguhnya kita telah menjadi manusia yang hidup dalam hidup yang sebenarnya. Namun ketika kita meninggalkan shalat fardhu maka sesungguhnya kita telah menjadi manusia yang mati dalam hidup yang sebenarnya. Ungkapan ini bukan sekadar permainan kata-kata, akan tetapi pernahkah kita bertanya, mengapa kita diperintahkan untuk mendirikan shalat? Jawabannya adalah karena kita diciptakan oleh Allah tidak lain hanyalah untuk menjadi hamba yang selalu menyembah Allah.
Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah Aku. (QS Adz Dzaariyaat: 56).
Sehingga ketika kita tidak mau menyembah Allah dalam bentuk perintah mendirikan shalat maka sesungguhnya kita bukan termasuk dalam golongan manusia, karena shalat yang kita dirikan adalah untuk menyembah Yang Maha Hidup, Yang Menciptakan kita. Dengan demikian jika kita tidak shalat maka kita termasuk manusia yang mati dalam hidup yang sebenarnya, karena berpaling dari Yang Maha Hidup. Mengapa amal ibadah yang lain akan tertolak ketika kita meninggalkan shalat? Ternyata shalat merupakan penghulunya ibadah. Sebaik apapun amal ibadah kita, jika kita tidak mendirikan shalat maka akan ditolaklah seluruh amal ibadah kita yang lainnya. Meskipun ibadah haji kita telah dilakukan berkali-kali, zakat kita tidak pernah kurang ditambah shodaqoh setiap hari, puasa Ramadhan tidak pernah bolong, ditambah lagi puasa sunnah, namun kalau kita tidak melaksanakan shalat fardhu maka sia-sialah seluruh amal baik kita. Sebagaimana peringatan dari Rasulullah Muhammad SAW:
Amal seorang hamba yang pertama kali dihisab di yaumil qiyamah adalah shalat apabila amal shalatnya diterima, maka diterimalah seluruh amal ibadah yang lainnya, dan apabila ditolak amal shalatnya, maka ditolaklah seluruh amal ibadah yang lainnya.
Jika kita berfikir lebih jauh lagi dengan membaca bagaimana proses perintah shalat diturunkan kepada Rasulullah, maka kita akan menemukan sebuah perbedaan yang sangat penting yaitu dari seluruh perintah yang diturunkan oleh Allah seperti zakat, puasa, haji dan lainnya semuanya diturunkan melalui malaikat Jibril as, kecuali shalat. Di mana shalat merupakan perintah yang Allah berkehendak Rasulullah SAW menghadap secara langsung bertemu dengan Allah SWT, melalui peristiwa Isra Mi’raj. Di sinilah terbukti keistimewaan shalat bahwa perintah tersebut di breakdown secara langsung kepada Rasulullah Muhammad SAW. Berarti shalat sungguh-sungguh sangat penting, sampai-sampai Allah tidak menurunkannya melalui malaikat Jibril as. Di Sidratul Muntaha Allah SWT memerintahkan secara langsung kepada Rasulullah SAW untuk mendirikan shalat. Masihkah kita menganggap shalat adalah persoalan sepele. Ingatlah bahwa jika kita menyepelekan shalat, maka Allah SWT akan menyepelekan kita, karena pintu kehidupan kita adalah shalat. Kita bangun tidur mengawali hidup kita dengan shalat dan kita tidur mengakhiri aktivitas hidup kita dengan shalat.
Dari paparan di atas kemudian kita bertanya kembali, berapa lamakah kita melaksanakan shalat fardhu? Apakah waktu yang sebentar itu merupakan kunci dari semua amal? Lalu apakah yang dimaksud dengan mendirikan shalat?
Marilah kita bedah pertanyaan tersebut satu persatu. Pertama, waktu yang kita pergunakan untuk melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari apabila kita jumlah tidak lebih dari 1 jam. Kedua, waktu 1 jam yang kita pergunakan untuk shalat fardhu merupakan dasar dari semua amal, sedangkan amal shalih yang merupakan buah dari shalat fardhu itulah yang menjadi kunci dari seluruh amal. Artinya jika shalat kita benar, maka insya Allah seluruh amal perbuatan akan dipandu oleh shalat sehingga kita bisa menghindari perbuatan yang keji dan munkar, sebagaimana tujuan shalat adalah dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat bisa mencegah perbuatan keji dan munkar. Dengan demikian amal perbuatan ba’da shalat itulah yang menjadi tolak ukur apakah shalatnya memiliki atsar yang kuat atau memberi efek positif dalam membimbing aktivitas kita sehari-hari.
Di sinilah kita merenung bahwa shalat yang kita lakukan bukanlah sekadar menggugurkan kewajiban tetapi sekaligus menjadi pemandu perjalanan hidup kita. Mengapa seluruh amal perbuatan kita bersumber dari shalat? Mari kita bedah secara sederhana.
Pertama, sebelum shalat, kita diperintahkan berwudhu karena wajibnya wudhu adalah untuk shalat. Sebagaimana firman Allah SWT,
Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri (bersuci).
Ada dua muatan dalam ayat ini yaitu bertaubat dan bersuci, bertaubat dari segala dosa (secara batin) serta bersuci dari hadats dan najis (secara lahiriyah). Berwudhu memiliki tujuan agar keadaan lahir dan batin kita selalu suci dan bersih. Secara lahiriah kita berusaha untuk selalu menjaga kesucian dan kebersihan seluruh anggota tubuh kita, menggunakan pikiran, mata , telinga, mulut, lidah, kedua tangan, hati, perut, kemaluan dan kedua kaki kita untuk melakukan segala hal yang benar yang diperintahkan Allah SWT. Selalu berpikir positif untuk menghindari berpikir negative, Melihat yang dihalalkan dan menghindari untuk melihat yang haram, mendengar yang bermanfaat dunia akhirat untuk mencegah dari mendengar yang sia-sia, berkata yang benar untuk menghindari dari berkata kotor, mengumpat, menggunjing, mengadu domba dan sia-sia, menggunakan lidah dengan hati-hati untuk menghindari bahaya lidah, menggunakan kedua tangan kita dengan amal shalih untuk menghindari amal shalih, selalu membersihkan hati berdzikir untuk menghindari dari penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, dendam, riya, ujub, takabur dan sejenisnya, mengisi perut kita dengan makanan serta minuman yang halalan thoyyiban mutaqobbalan untuk mencegah diri makan dan minum dari harta haram, melangkahkan kedua kaki kita menuju tempat-tempat mulia yang akan menggugurkan dosa-dosa dan meninggikan derajat kita di sisi Allah SWT untuk mencegah kaki kita melangkah ke tempat-tempat maksiat.
Subhanallah, dari uraian sederhana tentang wudhu kita bisa mengambil hikmah bahwa barang siapa yang wudhunya benar dan benar-benar wudhu karena Allah untuk mensucikan diri lahir dan batin, insya Allah dia akan menjadi orang yang selalu berpikir positif (dengan membasuh kepala), senantiasa melihat kebesaran Allah SWT dengan mata lahirnya dan mata hatinya (dengan membasuh muka), berkata benar, tidak lalai untuk berdzikir (dengan berkumur-kumur), senang mendengarkan segala sesuatu untuk menambah iman dan ilmu serta memperbaiki akhlaknya (dengan membasuh telinga), melakukan amal shalih, ringan dalam bersedekah, suka menolong (dengan membasuh kedua tangannya), hatinya selalu khunudzon kepada Allah dan semua makhluk-Nya, sesama manusia, alam, lingkungan, hewan serta tumbuhan (dengan melafadzkan doa setelah wudhu), melalui mulut dia memasukkan ke dalam  perutnya dengan makan dan minuman yang halalan thoyyiban sehingga jika dia  sehat, maka sehatnya untuk taat, menyegerakan dalam melangkahkan kakinya untuk memenuhi panggilan Allah ( dengan membasuh kedua kaki).
Betapa indahnya pribadi-pribadi yang sungguh-sungguh dalam menyempurnakan wudhu. Jangan pernah meremehkan wudhu atau wudhu dengan seenaknya atau berwudhu dengan tidak sungguh-sungguh karena kelak di yaumil akhir Rasulullah SAW akan mengenali kita sebagai umatnya adalah dengan melihat cahaya yang terpancar dari bekas wudhu kita. Oleh karena itu bersungguh-sungguhlah dalam berwudhu.
Kedua, ba’da wudhu kita bersiap-siap melakukan shalat yang diawali dengan berniat ikhlas karena Allah SWT, semua konsentrasi pikiran dan hati hanya ditujukan untuk Allah. Pribadi yang mengamalkan niat shalat dalam seluruh aktivitas sehari-hari adalah pribadi yang khusyu’ setiap amal perbuatannya dari bangun tidur sampai tidur kembali tentulah semua diniatkan secara ikhlas untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Memang tampak sederhana, hanya persoalan niat, biasa saja tetapi jika kita hayati dengan seksama maka dampaknya akan luar biasa yaitu jika seluruh amal perbuatan kita jika tidak diniatkan karena Allah maka sia-sialah amal kita.
Ketika takbir, kita mengagungkan Asma Allah, Allah Maha Besar sedangkan kita maha kecil. Pribadi yang mengamalkan shalat adalah mereka mengakui dengan ikhlas bahwa Allah Maha Besar, kita tidak ada apa-apanya, sangat bergantung kepada Allah dan semua yang menempel pada diri kita berupa harta, pangkat, jabatan, ketampanan, kecantikan, kekuasaan, nama besar dan semua atributnya adalah semata-mata pemberian dan titipan dari Allah. Oleh karena itu pribadi yang khusyu adalah mereka yang selalu tawadhu di hadapan manusia dan tadhoru di hadapan Allah. Pribadi yang menegakkan takbir adalah mereka yang tidak sombong karena kekayaannya, pangkatnya, jabatannya, kesempurnaan fisiknya, kekuatan tubuhnya dan sebagainya. Sungguh sangat lucu ketika ada seseorang yang tekun melaksanakan shalat tetapi sombong, bisa di mungkinkan bahwa shalat belum memberi dampak positif pada perilakunya ba’da shalat atau tidak berpengaruh terhadap perbuatannya atau tidak berbekas dalam amal kebaikannya.
Dalam iftitah kita membuka komunikasi dengan Allah serta berjanji bahwa sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sudahkah kita benar-benar secara total menyerahkan semua hidup dan mati kita hanya untuk Allah? Pertanyaan yang cukup berat untuk dijawab. Namun bagi pribadi yang ikhlas, mereka akan konsisten dengan janjinya. Sehingga seluruh aktivitas hidupnya sampai saat ajalnya tiba ditujukan hanya untuk Allah SWT dan berusaha untuk menjaga konsistensi dari janjinya untuk tidak terpedaya oleh dunia. Segala perbuatannya tidak berharap balasan dari manusia, hanya Allah lah tempat dia berharap dan bergantung. Pribadi yang fokus menjalani hidupnya yaitu segala amal perbuatannya diupayakan untuk mendapat ridha Allah dan bermuara kepada kebahagiaan di akhirat. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini hanya sedikit dan sebentar, tidak kekal seperti di akhirat. Kebahagiaan dan kesedihan yang kita alami di dunia hanya sedikit dan sebentar. Sedangkan kebahagiaan dan kesedihan di akhirat akan kekal selamanya. Oleh karena itu dengan mengamalkan iftitah insya Allah kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang ikhlas dalam bekerja, berkeluarga, bermasyarakat, bertetangga serta berbangsa dan bernegara.
Setelah iftitah, kita membaca surah al Fatihah. Di dalam surah ini kita membuka komunikasi face to face dengan Allah. Inilah saat paling istimewa, tidak boleh sembarangan, tidak boleh seenaknya sendiri, kita berhadapan dengan Yang Menguasai Alam Semesta, Yang Maha Besar, Maha Segala-galanya. Bersikaplah tadhorru, rendahkan hati, bersungguh-sungguhlah dalam memuji dan memohon kepada Allah. Insya Allah, Dia akan bersungguh-sungguh dalam menolong kita. Segala pujian ketika membaca Al Fatihah, jika kita bersungguh-sungguh dalam mengamalkannya, maka pertolongan Allah akan sangat dekat. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Semua permasalahan yang sedang kita hadapi akan sangat mudah bagi Allah untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu berharaplah, bergantunglah dan mohonlah hanya kepada Allah.
Ketika ruku’, I’tidal dan sujud kita mengagungkan Asma Allah. Barulah pada saat duduk di antara dua sujud kita memohon ampunan-Nya, rahmat-Nya, dicukupi oleh-Nya, ditinggikan derajatnya oleh-Nya, diberi rizki-Nya, diberi petunjuk-Nya, disehatkan jasmani dan ruhani oleh Allah dan dimaafkan segala kesalahannya. Lengkap sudah doa yang kita panjatkan. Kiranya kita mencukupkan dengan doa yang kita panjatkan.
Dilanjutkan dengan tahiyat, kita bermunajat seperti ketika Rasulullah menghadap Allah dalam peristiwa mi’raj, kita memperbaharu Islam kita dengan bertasydid, bershalawat dan kita bersiap-siap pamit kepada Allah dengan salam.
Seluruh gerakan shalat mulai dari berdiri, ruku’ dan sujud merupakan simbol dari perjalanan hidup kita di dunia, pada suatu saat kita mampu berdiri tegak, di saat lain kita tertunduk dalam ruku’ dan pada saat yang lain lagi kita tersungkur dalam sujud. Itulah dinamika hidup manusia yang selalu berputar melintasi keadaan hidup antara baik-buruk, bahagia-sengsara, sukses-gagal dll.
Maha Suci Allah yang telah memerintahkan kita untuk mendirikan shalat, penuh dengan makna dan hikmah yang besar bagi siapa yang mampu mendirikan dan mengistiqamahkan shalat.
Marilah kita berusaha terus untuk meng-eksplore perintah mendirikan shalat. Semoga Allah memberi pengetahuan dan hikmah kepada kita untuk menjadi hamba Allah yang sukses dunia akhirat. Amin.

Senin, 13 Agustus 2012

BAGAIMANA JIKA TELAT SHALAT SHUBUH ?

                                            

Inilah kondisi sebagian kaum muslimin saat ini. Sedih banget hati ini melihat sebagian saudara kami sudah terbiasa dengan aktivitas semacam ini.

Sudah jadi kebiasaan memang, bangun di pagi hari pada saat matahari sudah meninggi. Setelah bangun langsung bergegas mandi dan mulailah dia bersiap-siap ke kantor, ke kampus atau ke tempat kuliah, luputlah shalat sh
ubuh darinya. Ini bukanlah kita temui pada satu atau dua orang saja, namun kebanyakan kaum muslimin seperti ini. Mungkin ada yang lebih parah lagi, tidak mengerjakan shalat sama sekali selama hidupnya (dia mengaku beragama Islam dalam KTP) atau dalam mayoritas waktu yang Allah berikan, dia lalai atau meninggalkan shalat lima waktu.

Rasanya air mata ini mau menetes melihat sebagian saudara kami seperti ini. Semua orang pasti sudah tahu bahwa shalat lima waktu itu wajib, bahkan orang kafir pun tahu bahwa umat Islam memiliki kewajiban semacam ini. Kami tidak mungkin menegur langsung satu per satu orang yang lalai dari shalat shubuh setiap harinya atau yang lalai dari shalat 5 waktu yang lain. Karena ada juga yang tidak kami kenal. Kami cuma berharap agar setiap orang yang membaca tulisan ini bisa menyampaikan kepada kerabat, sahabat atau saudara muslim lainnya. Semoga dengan penyampaian Fatwa Al Lajnah Ad Da’imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) berikut, di antara saudara kita bisa terbuka hatinya dan mendapatkan taufik dari Allah Ta’ala. Berilah peringatan, sesungguhnya peringatan akan bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.

Fatwa Pertama (Pertanyaan ke-12 dari Fatwa no. 7942, 6/15)

Pertanyaan : Apa hukum orang yang sengaja mengatur waktu bangun paginya yaitu mayoritas waktunya dia bangun setelah matahari terbit, lalu dia shalat shubuh setelah matahari terbit? Dia mengatur seperti ini karena dia memiliki hajat lembur (begadang) di malam hari untuk mengulang pelajaran. Apakah orang seperti ini wajib diingkari?

Jawab :
Wajib bagi kita menunaikan shalat wajib pada waktu yang telah ditentukan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa’ : 103)

(Perlu diperhatikan bahwa) waktu shalat shubuh adalah mulai dari terbit fajar kedua (fajar shodiq) hingga terbit matahari. Lalu alasan yang engkau sampaikan tadi (karena alasan belajar di malam hari hingga semalam suntuk, pen) bukanlah alasan untuk mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya. Namun, seseorang hendaklah mencari sebab agar dia bisa bangun pagi agar dia bisa mengerjakan shalat (Shubuh) di waktunya. Jika orang tersebut tidak melakukan kewajiban semacam ini (mencari sebab tadi, pen), maka dia wajib diingkari. Namun ingatlah, hendakah kita mengingkarinya dengan cara yang penuh hikmah.
Semoga kita selalu mendapatkan taufik Allah. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, pengikutnya dan para sahabatnya.
Ketua Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts wal Ifta’ : Abdul ‘Azizi bin Abdullah bin Baz

Fatwa Kedua (Pertanyaan pertama dan kedua dari Fatwa no. 8371)

Pertanyaan pertama : Ada seseorang mengerjakan shalat shubuh setelah matahari terbit dan ini sudah jadi kebiasaannya setiap paginya dan hal ini sudah berlangsung selama dua tahun. Dia mengaku bahwa tidur telah mengalahkannya karena dia sering lembur. Dia mengisi waktu malamnya dengan menikmati hiburan-hiburan. Apakah sah shalat yang dilakukan oleh orang semacam ini?
Pertanyaan kedua : Apakah boleh kita bermajelis dan tinggal satu atap dengan orang semacam ini? Kami sudah menasehatinya namun dia tidak menghiraukan.

Jawab :

Diharamkan bagi seseorang mengakhirkan shalat sampai ke luar waktunya. Wajib bagi setiap muslim yang telah dibebani syari’at untuk menjaga shalat di waktunya –termasuk shalat shubuh dan shalat yang lainnya-. Dia bisa menjadikan alat-alat pengingat (seperti alarm) untuk membangunkannya (di waktu shubuh).

Kita diharamkan lembur di malam hari untuk menikmati hiburan dan semacam itu. Lembur (begadang) di malam hari telah Allah haramkan bagi kita jika hal ini melalaikan dari mengerjakan shalat shubuh di waktunya atau melalaikan dari shalat shubuh secara jama’ah. Hal ini terlarang karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang begadang setelah waktu Isya’ jika tidak ada manfaat syar’i sama sekali.
(Perlu diketahui pula bahwa) setiap amalan yang dapat menyebabkan kita mengakhirkan shalat dari waktunya, maka amalan tersebut haram untuk dilakukan kecuali jika amalan tersebut dikecualikan oleh syari’at yang mulia ini.
Jika memang keadaan orang yang engkau sebutkan tadi adalah seperti itu, maka nasehatilah dia. Jika dia tidak menghiraukan, tinggalkan dan jauhilah dia.
Semoga kita selalu mendapatkan taufik Allah. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, pengikutnya dan para sahabatnya.
Ketua Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts wal Ifta’ : Abdul ‘Azizi bin Abdullah bin Baz

Kemudian dalam Fatwa Al Lajnah Ad Daimah yang lain (no. 7976) dijelaskan bahwa jika seseorang sengaja tidur sehingga lalai dari shalat dan ketika bangun tidur dia pun sengaja meninggalkan shalat, hal ini dilakukan berkali-kali (bukan hanya sekali); atau mungkin pula dia mengerjakan shalat ketika dia bangun tidur namun di luar waktunya, maka orang-orang semacam ini sama saja dengan orang-orang yang meninggalkan shalat. Juga termasuk orang yang meninggalkan shalat adalah orang yang sengaja tidur dan tidak mau menunaikan shalat di waktunya, dia tidak mengambil sebab untuk bangun di pagi harinya agar bisa mengerjakan shalat tepat waktu. –Demikian maksud dari Fatwa Lajnah-

Saatnya Menarik Pelajaran

Orang yang lalai dari shalat shubuh mungkin ada beberapa sebab. Mungkin karena ingin mengulang pelajaran, seperti persiapan kebut semalam (SKS = sistem kebut semalam) yang dilakukan oleh para pelajar atau mahasiswa ketika besok paginya akan menghadapi ujian. Atau mungkin pula karena ada kerjaan yang harus dilembur hingga larut malam. Atau mungkin pula karena malamnya diisi dengan menikmati hiburan seperti di night club dan semacamnya. Atau mungkin pula hal tersebut sudah menjadi kebiasaannya, apalagi sudah diseting (diatur) dengan alarm untuk bangun di pagi pagi pada pukul 6, dan ini sudah rutin setiap harinya. Jika memang alasan-alasannya seperti ini dan dilakukan rutin, tanpa mengambil sebab untuk bangun pagi, maka ini sama saja dengan meninggalkan shalat.
Ingatlah bahwa meninggalkan shalat bukanlah perkara sepele. Dosanya bukan dosa yang biasa-biasa saja. Perlu diketahui bahwa dosa meninggalkan shalat adalah termasuk dosa besar yang paling besar, sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama berikut ini.

Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Ash Sholah wa Hukmu Tarikiha, hal. 7, mengatakan, ”Kaum muslimin tidaklah berselisih pendapat (sepakat) bahwa meninggalkan shalat wajib (shalat lima waktu) dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, zina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”
Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir (pembahasan dosa-dosa besar), hal. 25, Ibnu Hazm berkata, “Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.”
Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir, hal. 26-27, juga mengatakan, “Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat secara keseluruhan -yaitu satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya sampai berkali-kali termasuk pelaku dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa).”
Semoga juga kita merenungkan hadits-hadits berikut ini yang menunjukkan besarnya dosa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja dan karena malas-malasan.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ

“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 257)
Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata, ”Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Misykatul Mashobih no. 574)

Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu -bekas budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الكُفْرِ وَالإِيْمَانِ الصَّلَاةُ فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ

“Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy dengan sanad shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targib wa At Tarhib no. 566)
Oleh karena itu, orang-orang yang meninggalkan shalat seperti yang kami contohkan di atas haruslah bertaubat dengan penuh penyesalan, bertekad tidak akan mengulanginya lagi dan dia harus kembali menunaikan setiap shalat pada waktunya.

Namun, kalau bangun di pagi hari ketika matahari terbit tidak menjadi kebiasaan, maka dia harus mengerjakan shalat tersebut ketika dia ingat atau ketika dia bangun dari tidurnya.
Kita dapat melihat hal ini dalam hadits dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَسِىَ صَلاَةً أَوْ نَامَ عَنْهَا فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا

“Barangsiapa yang lupa atau tertidur dari shalat, maka kafaroh (tebusannya) adalah dia shalat ketika dia ingat.” (Muttafaqun’ alaih, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Lihat Misykatul Mashobih yang ditahqiq oleh Syaikh Al Albani)
Dari Abu Qotadah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ليس في النوم تفريط إنما التفريط في اليقظة . فإذا نسي أحدكم صلاة أو نام عنها فليصلها إذا ذكرها فإن الله تعالى قال : ( وأقم الصلاة لذكري )

“Jika seseorang tertidur, itu bukanlah berarti lalai dari shalat. Yang disebut lalai adalah jika seseorang dalam keadaan sadar (sudah terbangun). Jika seseorang itu lupa atau tertidur, maka segeralah dia shalat ketika dia ingat. Karena Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Tunaikanlah shalat ketika seseorang itu ingat.” (QS. Thaha : 14).” (HR. Muslim. Shohih. Lihat Misykatul Mashobih yang ditahqiq oleh Syaikh Al Albani)

Bagaimana Mengerjakan Shalat Ketika Matahari Terbit padahal Terdapat Larangan Mengenai Hal Ini?

Dijelaskan dalam Fatwa Lajnah no. 5545 bahwa jika seseorang tertidur sehingga luput dari shalat shubuh, dia terbangun ketika matahari terbit atau beberapa saat sebelum matahari terbit atau beberapa saat sesudah matahari terbit; maka wajib baginya mengerjakan shalat shubuh ketika dia terbangun, baik matahari terbit ketika dia sedang shalat atau ketika mau memulai shalat matahari sedang terbit atau pun memulai shalat ketika matahari sudah terbit, dalam kondisi ini hendaklah dia sempurnakan shalatnya sebelum matahari memanas. Dan tidak boleh seseorang menunda shalat shubuh hingga matahari meninggi atau memanas.

Adapun hadits yang menyatakan larangan shalat ketika matahari terbit karena pada waktu itu matahari terbit pada dua tanduk setan (HR. Muslim), maka larangan yang dimaksudkan adalah jika kita mau mengerjakan shalat sunnah yang tidak memiliki sebab atau mau mengerjakan shalat wajib yang tidak disebabkan karena lupa atau karena tertidur. –Demikian maksud dari Fatwa Lajnah-
Oleh karena itu, jika memang kita lupa atau tertidur sehingga luput menunaikan shalat wajib, maka tidak terlarang kita mengerjakan shalat ketika matahari terbit. Wallahu a’lam bish showab.

Ya Allah, jadikanlah kami sebagai hamba-hamba-Mu yang selalu ta’at kepada-Mu.