Rabu, 30 November 2011

Asmaul Husna, Arti, Keutamaan dan Cara Mengamalkannya

Asmaul Husna   adalah nama-nama indah yang dimiliki  oleh Allah swt. Asmaul Husna merupakan cerminan dari perilaku Allah SWT terhadap umatnya. Karena itu bila nama-nama itu kita sebut sebagai suatu pemohonan, maka akan mempunyai pengaruh yang sangat besar, semoga Allah swt mewujudkan keinginan Anda. Dan berhati-hatilah dalam mengamalkan Asmaul Husna, karena Setan akan datang menggoda !!!
Berikut keutamaan Asmaul Husna Husna pada tiap-tiap nama dan cara mengamalkannya:
1. ALLOOHU
Artinya :
lafadh ini disebut “LAFDHUL JALALAH”, suatu nama dari ismudz Dzat yang mencerminkan arti pengertian dari seluruh nama-namaNya yang indah itu.
Keutamaannya :
sebuah. Bisa mendatangkan hajat
b. Bisa menghindarkan segala musibah
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ALLAH” sebanyak 400 kalium, sebagai amalan rutin pada tiap selesai sholat Tahajud atau sholat hajat, maka apapun yang menjadi keinginannya akan segera terlaksana. Selain itu juga bisa menjauhkan dari segala macam musibah.
2. AR ROHMAANU
Artinya :
Dzat yang maha pengasih terhadap semua makhluk yang ada di dunia ini tanpa terkecuali, baik kepada yang taat ataupun yang ingkar kepadaNya sekalipun. Semua itu akan dikasihani dan dicukupi kebutuhannya.
Keutamaan Asmaul Husna :
sebuah. Bisa menghilangkan sifat gugup dan lupa
b. Bisa memberikan ketenangan hati
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ROHMAANU” sebanyak 400 kali berturut-turut setelah sholat fardlu, baginya akan dijauhkan dari kegundahan hati dan dijauhkan pula sifat gugup serta lupa.
3. AR ROHIIMU
Artinya :
Dzat yang maha penyayang terhadap hambaNya yang beriman besok di hari kiamat. Jadi kepenyayanganNya ini dikhususkan kepada semua hambaNya yang taat sewaktu berada di hari kiamat nanti.
Keutamaan Asmaul Husna :
sebuah. Bisa menundukkan musuh
b. Bisa menaruh simpati pada semua orang
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ROHIIMU” sebanyak 100 kali berturut-turut setiap selesai shot shubuh dan maghrib, maka semua orang akan menaruh simpati kepadanya dan bahkan bisa menaruh hati dan membuat musuh kita menjadi tunduk.
4. AL MALIKU
Artinya :
Dzat yang maha menguasai terhadap semua makhlukNya, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang terlepas dari kekuasaanNya. Begitupun daerah yang ada didalam kekuasaanNya juga tidak terbatas, seperti halnya dengan daerah kekuasaan raja-raja yang ada di dunia ini.
Keutamaan Asmaul Husna :
sebuah. Bisa mendatangkan keberuntungan
b. Bisa memudahkan segala usaha
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA MALIKA” sebanyak 80 kali berturut-turut setiap pagi dan sore, maka Allah akan mendatangkan keberuntungan dan kemudahan segala usaha.
5. AL QUDDUUSU
Artinya :
Dzat yang maha Quddus (suci) dari segala sifat, yang disifatkan oleh orang-orang kafir musyrik kepadaNya. Sebab sifatNya tidak sama dengan sifat ciptaanNya.
Keutamaan Asmaul Husna :
sebuah. Bisa disegani oleh orang banyak
b. Bisa menjauhkan dari segala macam penyakit hati
Cara mengamalkan Asmaul Husna : Barang siapa membaca “YAA QUDDUUSU” sebanyak 80 kali berturut-turut sehabis sholat Dhuhur, maka Allah akan menjamin baginya dijauhkan dari segala macam penyakit batin dan akan disegani oleh banyak orang.
6. AS SALAAMU
Artinya :
Dzat yang menjamin keselamatan terhadap seluruh alam semesta. Jadi makhluk manapun akan dijamin keselamatannya oleh Allah SWT dan tidak ada satupun yang dapat mengusiknya.
Keutamaan Asmaul Husna :
sebuah. Bisa mendatangkan kebahagiaan hidup
b. Bisa menjaga dari segala gangguan penyakit
Cara mengamalkan  Asmaul Husna : Barang siapa membaca “YAA SALAAMU” sebanyak 99 kali berturut-turut, maka Allah akan mendatangkan kebahagiaan hidup dan menjaga dari segala macam gengguan penyakit.
7. AL MUKMINU
Artinya :
Dzat yang Maha mengamankan kepada semua makhluknya, sehingga tidak satupun makhluk yang bisa mengganggu makhluk yang dalam keamanan Allah.
Keutamaan Asmaul Husna :
sebuah. Bisa memelihara harta kekayaan
b. Bisa menjauhkan segala macam musibah
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA MUKMINU” sebanyak 33 kali berturut-turut setelah sholat fardlu, maka Allah akan menjamin terpeliharanya harta kekayaan yang telah dimilikinya. Selain itu Allah juga akan menjauhkan dari segala macam musibah.
8. AL MUHAIMINU
Artinya :
Dzat yang maha memelihara semua makhlukNya dangan sangat cermat dan teliti, sehingga tak ada satupun yang tak terpelihara Allah.
Keutamaan Asmaul Husna :
sebuah. Bisa menjauhkan dari segala macam keruwetan
b. Bisa menerima persoalan dengan lapang dada
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barag siapa membaca “YAA MUHAIMIN” sebanyak 100 kali berturut-turut sehabis sholat Isya, maka Allah akan menjauhkan dari segala macam keruwetan hidup dan lapang dada dalam menyelesaikan segala macam persoalan.
9. AL ‘AZIIZU
Artinya :
Dzat yang maha perkasa, yang keperkasaanNya tiada bandingnya, sehingga tiada kesulitan didalam menghancurkan alam semesta ini.
Keutamaannya :
sebuah. Bisa menjauhkan dari segala macam kesulitan hidup
b. Bisa disegani oleh semua orang
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ‘AZIIZU” sebanyak 33 kali berturut-turut setiap pagi dan sore, maka Allah akan menjamin dijauhkan dari segala macam kesulitan hidup dan akan disegani oleh banyak orang.
10. AL JABBAARU
Artinya :
Dzat yang maha memaksa, yaitu Allah dapat memaksakan kehendaknya terhadap semua makhlukNya meskipun ia merasa enggan dipaksakan.
Keutamaannya :
sebuah. Bisa menundukkan musuh
b. Bisa menguasai segala macam ilmu
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA JABBARU” sebanyak 400 kali berturut-turut setiap pagi, maka baginya akan diberikan kewibawaan oleh Allah sehingga orang yang dahulunya memusuhi akan berbalik menjadi sahabat yang baik dan diberi oleh Allah akal fikiran yang bisa menguasai segala macam ilmu.
11. AL MUTAKABBIRU
Artinya :
Dzat yang maha sombong, yaitu hanya Allah saja yang mempunyai hak sombong sebagai pencipta, bukan makhluk lainNya, dalam hadits qudsi juga dijelaskan, bahwa sifat sombong itu adalah merupakan pakaian Allah, bukan pakaian makhluk. Jadi apabila ada makhluk yang mempunyai sifat sombong berarti telah merampas pakaian Allah, yang berarti akan memperoleh kutukan dari Allah SWT.
Keutamaannya :
sebuah. Bisa mendapat kewibawaan
b. Bisa menundukkan musuh
Cara mengamalkan  Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA MUTAKABBIRU” sebanyak 90 kali berturut-turut sebagai amalan setiap hari, maka Allah akan memberikan kewibawaan dihadapan semua orang dan bisa menundukkan musuh.
12. AL KHOOLIQU
Artinya :
Dzat yang maha pencipta, yaitu semua yang selainNya adalah merupakan ciptaanNya. Jadi tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang bukan ciptaanNya.
Keutamaannya :
sebuah. Fikiran bisa cerdas
b. Bisa memiliki ketrampilan dalam segala hal
Cara mengamalkan  Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA KHOOLIQU” sebanyak-banyaknya setiap hari sebagai amalan rutin, maka Allah akan memberi akal yang cerdas dan ketrampilan dalam segala hal.
13. AL BAARI-U
Artinya :
Dzat yang maha merencanakan, yaitu pelaksana dalam segala kejadianyang sudah direncanakan sebelumnya.
Keutamaannya :
sebuah. Bisa menjauhkan segala macam kesulitan hidup
b. Bisa terjauh dari segala macam penyakit
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA BAARI-U” sebanyak 80 kali selama 7 hari berturut-turut, maka Allah akan menjauhkan dari segala macam kesulitan hidup dan dijauhkan dari segala macam penyakit.
14. AL MUSHOWWIRU
Artinya :
Dzat yang maha membentuk, yaitu membentuk segala macam rupa makhlukNya, sejak dari yang paling cantik/ tanpan sampai dengan yang kurang sempurna, dari yang besar sampai kepada yang sekecil-kecilnya dan sebaliknya.
Keutamaannya :
sebuah. Bisa dikaruniai keturunan
b. Bisa dimudahkan segala macam kepentingannya
Cara mengamalkan  Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA MUSHOWWIRU” sebanyak 33 kali selama 7 hari berturut dan berpuasa selama 7 hari berturut-turut pula, maka jika ia menginginkan keturunan pasti akan terlaksana dan segala macam kepentingan akan diberi jalan yang mudah.
15. AL GHOFFARU
Artinya :
Dzat yang maha memberi ampun, yaitu memberikan ampunan kepada hamba-hambaNya yang banyak dosanya, tetapi dengan satu syarat yaitu tidak boleh diulangi.
Keutamaannya :
sebuah. Bisa terhapus dosa-dosanya
b. Bisa menjauhkan dari kesulitan hidup
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA GHOFFARU” sebanyak 100 kali berturut-turut setiap hari setelah sholat fardhu, terutama dibaca pada pertengahan malam setelah sholat Taubat, maka Allah akan mengampuni segala dosa-dosanya dan dijauhkan dari segala kesulitan.
16. AL QOHHAARU
Artinya :
Dzat yang maha memaksa, yaitu memaksakan kehendakNya terhadap makhlukNya tanpa terkecuali dan tidak bisa lagi dihalang-halangi oleh siapapun.
Keutamaannya :
sebuah. Bisa menjauhkan dari sifat rakus
b. Bisa disegani oleh semua orang
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA QOHHAARU” sebanyak 100 kali berturut-turut sebagai amalan rutin setelah sholat fardhu, maka baginya akan dijauhkan dari sifat rakus dan akan disegani oleh banyak orang.
17. AL WAHHAABU
Artinya :
Dzat yang maha memberi, yaitu memberikan segalanya terhadap kebutuhan makhlukNya, tanpa diminta sebelumnya Allah sudah menyediakannya.
Keutamaannya :
sebuah. Bisa menjauhkan kesempitan rejeki
b. Bisa mendatangkan kemudahan
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA WAHHAABU” sebanyak 23 kali berturut-turut sebagai amalan rutin setiap selesai sholat fardhu atau setelah sholat hajat 2 raka’at sebanyak 800 kalium, maka baginya akan dijauhkan dari kesempitan rejeki dan diberikan kemudahan dalam segala urusan.
18. AR ROZZAAQU
Artinya :
Dzat yang maha memberi rejeki, yaitu memberikan rejeki kepada semua makhlukNya untuk kebutuhan hidupnya. Dan Dia pula yang menentukan banyak dan sedikitnya rejeki yang akan diberikan kepada hamba-hambaNya.
Keutamaannya :
sebuah. Bisa memudahkan jalan rejeki
b. Bisa memberikan keberuntungan
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ROZZAAQU” sebanyak-banyaknya setiap hari setelah sholat fardhu, maka ia akan dijauhkan dari kesempitan rejeki dan usahanya selalu mendapat keuntungan yang berlimpah-limpah.
19. AL FATTAAHU
Artinya :
Dzat yang maha membuka, yaitu memberikan rahmatNya untuk keperluan semua makhlukNya. Termasuk juga membukakan kesulitan yang dialami hamba-hambaNya untuk menuju kemudahan.
Keutamaannya :
sebuah. Bisa memberikan ketenangan hati
b. Bisa menjauhkan kesenangan dunia
Cara mengamalkan  Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA FATTAAHU” sebanyak 99 kali berturut-turut sebagai amalan rutin setelah sholat shubuh, setelah itu telapak kedua tangan diletakkan di dada, maka segala keruwetan di hati akan segera hilang dan dijauhkan dari kesenagan dunia yang bisa menimbulkann kerakusan serta kesesatan.
20. AL ‘ALIIMU
Artinya :
Dzat yang maha mengetahui, yaitu mengetahui segalanya dari semua kejadian dan peristiwa di alam semesta ini, tanpa ada satupun tertinggal dari pengetahuan Allah SWT.
Keutamaannya :
sebuah. Bisa mengetahui kesempurnaan ilmu ma’rifat
b. Bisa menjauhkan dari sifat kebodohan
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ‘ALIIMU” sebanyak 100 kali berturut-turut sebagai amalan rutin setelah sholat fardhu, maka baginya akan diberi pengetahuan yang bisa mengetahui ilmu ma’rifat dengan sempurna dan dijauhkan dari sifat kebodohan.
Berhati-hatilah dalam mengamalkannya, karena Setan akan datang menggoda !!!
(sumber: walijo.com)

Kamis, 17 November 2011

Adab Tidur Sesuai Tuntunan Rasulullah

Tidur bagi seorang muslim merupakan saat yang sangat penting.Karena dalam tidurnya ia mengumpulkan tenaga untuk beribadah kepada Allah.
Selain itu, ketika tidur hati seorang muslim di antara jemari Allah.

Seorang muslim cantik karena agamanya.
Jadi tidurnya pun harus cantik seperti Rasulullaah.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, bagi orang yang mengharapkan (balasan) Allah dan hari akhir dan dia berdzikir yang banyak.” (Firman Allah dalam Surat Al-Ahzab:21)


Hendaknya seorang muslim menjaga adab-adab dalam tidur dengan adab yang diajarkan dalam agama Islam.

Adab-adabnya adalah sebagai berikut:

* Tidak tidur terlalu malam setelah sholat isya kecuali dalam keadaan darurat seperti untuk mengulang (muroja’ah) ilmu atau adanya tamu atau menemani keluarga, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu: “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘allaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.”  [Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan Muslim No. 647 (235)]

* Hendaknya tidur dalam keadaan sudah berwudhu, sebagaimana hadits: “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710)

* Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk kanan sebagai tumpuan) dan berbantal dengan tangan kanan, tidak mengapa apabila setelahnya berubah posisinya di atas sisi kiri (rusuk kiri sebagai tumpuan).  Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah: “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.”  (HR. Al- Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.”  (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)

* Tidak dibenarkan telungkup dengan posisi perut sebagai tumpuannya baik ketika tidur malam atau pun tidur siang. Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih)

*Sebelum tidur membaca ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain:
a) Membaca ayat kursi.
b) Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqoroh.
c) Mengatupkan dua telapak tangan lalu ditiup dan dibacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas kemudian dengan dua telapak tangan mengusap dua bagian tubuh yang dapat dijangkau dengannya dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan, hal ini diulangi sebanyak 3 kali .
(HR. Al-Bukhari dalam Fathul Bari XI/277 No. 4439, 5016 (cet. Daar Abi Hayan) Muslim No. 2192, Abu Dawud No. 3902, At-Tirmidzi)

* Hendaknya mengakhiri berbagai doa tidur dengan doa berikut:
“Bismikarabbii wa dho’tu jambii wa bika arfa’uhu in amsakta nafsii farhamhaa wa in arsaltahaa fahfazhhaa bimaa tahfazha bihi ‘ibaadakasshaalihiin.”

Artinya:
“Dengan Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya. Tapi apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih.”  (HR. Al- Bukhari No. 6320, Muslim No. 2714, Abu Dawud No. 5050 dan At-Tirmidzi No. 3401)

* Disunnahkan apabila hendak membalikkan tubuh (dari satu sisi ke sisi yang lain) ketika tidur malam untuk mengucapkan doa:
“Laa ilaha illallahu waahidulqahhaaru rabbussamaawaati wal ardhi wa maa baynahumaa ‘aziizulghaffaru.” Arinya:
“Tidak ada Illah yang berhak diibadahi kecuali Alloh yang Maha Esa, Maha Perkasa, Rabb yang menguasai langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya, Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun.” (HR. Al-Hakim I/540 disepakati dan dishohihkan oleh Imam adz-Dzahabi)

* Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa kesepian maka dianjurkan sekali baginya untuk berdoa sebagai berikut:

“A’udzu bikalimaatillahi attammati min ghadhabihi wa ‘iqaabihi wa syarri ‘ibaadihi wa min hamazaatisysyayaathiin wa ayyahdhuruun.”  Artinya:
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan para syaitan dan dari kedatangan mereka kepadaku.”  (HR. Abu Dawud No. 3893, At-Tirmidzi No. 3528 dan lainnya)

* Memakai celak mata ketika hendak tidur, berdasarkan hadits Ibnu Umar:
“Bahwasanya Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memakai celak dengan batu celak setiap malam sebelum beliau hendak tidur malam, beliau sholallahu ‘alaihi wassalam memakai celak pada kedua matanya sebanyak 3 kali goresan.” (HR. Ibnu Majah No. 3497)

* Hendaknya mengibaskan tempat tidur (membersihkan tempat tidur dari kotoran) ketika hendak tidur. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan ‘bismillah’, karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” (HR. Al Bukhari No. 6320, Muslim No. 2714, At-Tirmidzi No. 3401 dan Abu Dawud No. 5050)

* Jika sudah bangun tidur hendaknya membaca do’a sebelum berdiri dari tempat pembaringan, yaitu:
“Alhamdulillahilladzii ahyaanaa ba’damaa amaatanaa wa ilayhinnusyuur.” Artinya:
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya kami dibangkitkan.” (HR. Al-Bukhari No. 6312 dan Muslim No. 2711)

*
Hendaknya menyucikan hati dari setiap dengki yang (mungkin timbul) pada saudaranya sesama muslim dan membersihkan dada dari kemarahannya kepada manusia lainnya.
* Hendaknya senantiasa menghisab (mengevaluasi) diri sebelum tidur dan melihat (merenungkan) kembali amalan-amalan dan perkataan-perkataan yang pernah diucapkan.

* Hendaknya segera bertaubat dari seluruh dosa yang dilakukan dan memohon ampun kepada Alloh dari setiap dosa yang dilakukan pada hari itu.

*
Setelah bangun tidur, disunnahkan mengusap bekas tidur yang ada di wajah maupun tangan.
“Maka bangunlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya.” [HR. Muslim No. 763 (182)]
* Bersiwak atau sikat gigi.
“Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255)

* Beristinsyaq dan beristintsaar (menghirup kemudian mengeluarkan atau menyemburkan air dari hidung).
“Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena sesunggguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya.” (HR. Bukhari No. 3295 dan Muslim No. 238)

* Mencuci kedua tangan tiga kali, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila salah seorang di antara kamu bangun tidur, janganlah ia memasukkan tangannya ke dalam bejana, sebelum ia mencucinya tiga kali.”
(HR. Al-Bukhari No. 162 dan Muslim No.278)

* Anak laki-laki dan perempuan hendaknya dipisahkan tempat tidurnya setelah berumur 6 tahun. (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi)

*
Tidak diperbolehkan tidur hanya dengan memakai selimut, tanpa memakai busana apa-apa.
(HR. Muslim)
* Jika bermimpi buruk, jangan sekali-kali menceritakannya pada siapapun kemudian:
-meludah ke kiri tiga kali  (diriwayatkan Muslim IV/1772),
-memohon perlindungan kepada Alloh dari godaan syaitan yang terkutuk dan dari keburukan mimpi yang dilihat. (Itu dilakukan sebanyak tiga kali) (diriwayatkan Muslim IV/1772-1773). -hendaknya berpindah posisi tidurnya dari sisi sebelumnya. (diriwayatkan Muslim IV/1773). -bangun dan shalat bila mau. (diriwayatkan Muslim IV/1773).

*Tidak diperbolehkan bagi laki-laki tidur berdua (begitu juga wanita) dalam satu selimut. (HR. Muslim)


Disusun Oleh: Ummu Hajar
Muroja’ah: Ust. Abu Salman
Maraji’: Adab Harian Muslim Teladan

Rabu, 09 November 2011

Ketika Doa Tak Terijabah

Doa peneduh jiwa yang sedang terbalut oleh kalut, sedih dan gundah. Ia memberi ruang tersendiri bagi mereka yang ingin mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta. Akan tetapi, kadang kita mengira sesuatu yang dipanjatkan itu belum juga terpenuhi, sehingga dengan sendirinya hati pun bertanya-tanya dan berkata:
“Kenapa yah, doa-doaku tidak terkabulkan? Apa yang salah dalam diri ini? Bukankah aku telah menunjukkan kehambaanku kepada-Nya dengan doa-doa itu?”
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini telah dijawab dengan jelas kedua ayat berikut ini:
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ ﴿٥٥﴾ وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ ﴿٥٦﴾
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.  (QS. Al-A’raf [7]: 55-56)
Hemat penulis, doa yang terkabulkan adalah doa yang mematuhi adab doa yang dijelaskan ayat di atas. Adab-adab tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut:
Adab pertama: Berdoa dengan penuh rendah diri dan suara lemah lembut
Para pakar tafsir berbeda dalam memaknai kata (التَّضّرُّعُ). Imam Ibn Jarir at-Thabari cenderung menafsirkannya dengan makna rendah diri, merasa hina, dan berupaya menghadirkan kedamaian hati di setiap doa.
Penalaran ini disepakati kebanyakan penafsir yang datang setelahnya, seperti: al-Allâma Abu Hayyân, dan al-Hâfidzh Ibn Katsîr.
Di lain pihak, al-Qâdhi Ibn Atiyyah menafsirkannya dengan doa yang terdengar jelas. Beliau berkata:
“Kata at-Tadarru’ (التَّضّرُّعُ) menghendaki kejelasan suara, karena kata itu sendiri tidak dipergunakan kecuali pada permintaan yang disertai dengan pelbagai isyarat dan gerakan tubuh.”
Pemaknaan ini dilegitimasi al-Allâma Muhammad Thâhir bin Asyûr dalam pernyataannya berikut ini:
(التَّضَرُّعُ) artinya: menunjukkan kerendahan diri dengan perihal tertentu. Olehnya itu (التَّضَرُّعُ) adalah doa yang disertai dengan suara yang jelas. Inilah penafsiran yang kami pilih karena menunjukkan keserasian makna (antonim) antara kata tersebut dengan kata (الحَفِيَّة), yang artinya: berdoa dengan suara yang lemah lembut. Olehnya itu, kata penghubung (الواو) huruf (Waw) yang sering kali diartikan dengan makna (dan), di sini ia berfungsi seperti (أَوْ) huruf (Aw), yang berarti atau. Artinya: Anda boleh memanjatkan doa dengan suara yang terdengar jelas atau dengan suara yang lemah lembut (tidak ada yang mendengarkannya kecuali Anda sendiri).”
Hemat penulis, kata (التَّضَرُّعُ) meliputi kedua pemaknaan itu. Al-Qur’an sengaja menempatkan kata tersebut untuk menyuguhkan makna ini:
“Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Berdoalah dengan penuh kerendahan diri dan kekhusyukan, baik di waktu berdoa dengan suara yang jelas, atau dengan suara yang lemah lembut.”
Hal ini dipertegas oleh kesimpulan Ustadz Muhammad Râsyîd Ridhâ di bawah ini:
“Kedua bentuk doa itu punya waktu tersendiri. At-Tadarru’ dengan suara yang jelas bagus dan tepat di waktu menyendiri, aman dari penglihatan orang lain, sehingga mereka tidak merasa terusik dengan suara itu, dan perhatian orang yang berdoa tidak disibukkan dengan mereka dari konsentrasi membujur kepada Allah SWT, serta doanya tidak rusak dengan ria dan ujub.
Sementara itu, At-Tadarru’ dengan lemah lembut (yang hanya didengar olehnya sendiri) baik dan tepat di tempat terbuka, atau saat berada di khalayak ramai, seperti: Masjid dan di tempat yang menghidupkan syiar-syiar agama, kecuali pada waktu yang dibolehkan mengangkat suara, seperti: talbiyah di haji, takbir di kedua shalat Id. Itu boleh karena pelaksanaan ibadah-ibadah seperti ini dikerjakan secara saksama dan jauh dari puji diri.” 
Olehnya itu, ayat ini ditutup dengan firman-Nya:
(إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ المُعْتَدِيْن)
Maksudnya, dalam kondisi bagaimanapun, Anda tidak dibolehkan melampaui batas yang wajar dalam berdoa. Di antara hal yang tidak diperbolehkan dalam berdoa telah dicontohkan alQâdhi Ibn Atiyyah berikut ini:
“Kalimat tersebut meskipun maknanya umum, tetapi karena ia dalam konteks doa, maka ia mengisyaratkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam berdoa. Di antara hal tersebut, seperti: berteriak-teriak meminta. Ini telah diperingatkan Rasul Saw kepada kaum yang terlalu membesarkan suara pada saat takbir, beliau bersabda: (Wahai manusia, rendahkanlah suaramu, sesungguhnya engkau tidak berdoa kepada yang tuli, atau kepada yang gaib).Dan yang lainnya lagi, seperti: meminta kedudukan yang sederajat dengan nabi, atau meminta sesuatu yang mustahil terjadi, serta berdoa melakukan kemaksiatan.”
Kata (المُعْتَديْن) yang melampaui batas dapat juga menjadi teguran terhadap mereka yang memahami bahwa doa itu tidak lain kecuali sarana memenuhi segala keinginan. Telaah mendalam seperti ini telah diperlihatkan Syekh Mutawalli as-Sya’râwî berikut ini:
“Hindarkan diri Anda untuk tidak berdoa kecuali ingin memenuhi hajat semata!
Yang wajib Anda lakukan berdoa dengan memperlihatkan kepada-Nya kerendahan diri, kehinaan dan kekhusyukan, karena seandainya saja Anda tidak berdoa, maka segala urusan Anda terjadi sesuai dengan garis ketentuan ilahi. Jangan pernah mengira bahwa Anda berdoa supaya terwujud harapan-harapan Anda, karena Allah SWT Maha Suci untuk Anda jadikan sebagai pegawai Anda. Inilah aturan baku yang Allah tetapkan dalam memenuhi tuntutan-tuntutan Anda sekalian.”

Hematnya, tujuan doa memperlihatkan kehambaan kita kepada Allah SWT, diterima atau tidaknya doa tersebut itu permasalahan kedua. Karena jika ia terkabulkan, maka itu adalah karunia-Nya, dan jika tidak terkabulkan itu pun karunia-Nya. Di sana ada kemaslahatan di balik penerimaan, penolakan, dan penundaan dari terkabulkannya doa yang jauh dari pengetahuan manusia sendiri.

Adab kedua: Jangan melakukan kerusakan di bumi!
Al-Qâdhi Ibn Atiyyah berkata:
“Firman-Nya:  (وَلاَ تُفْسِدُوْا فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا)cakupannya sangat umum, meliputi segala bentuk kerusakan, baik yang besar atau kecil, setelah adanya perbaikan. Olehnya itu, tujuan pelarangan tersebut bersifat umum, dan tidak boleh dijustifikasi buta terhadap satu jenis kerusakan, karena hukum seperti ini menyalahi seruan tersebut.”
Di antara bentuk kerusakan yang sering dipaparkan Al-Qur’an dalam konteks doa, perilaku sebagian kelompok yang kembali kepada kesesatan setelah doanya terkabulkan dari sebuah bencana dan kesulitan. Ini tercatat dengan begitu apik di ayat-ayat berikut ini:
­Ayat pertama: Dan ketika mereka ditimpa azab mereka pun berkata: (Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat mengangkat azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu). Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya.(QS. Al-A’raf [7]: 134-135]
Di ayat lain firman-Nya: Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.(QS. Yunus [10]: 12)
Hemat penulis, telah jelas bahwa faedah doa bukan hanya terbatas dari hajat yang terpenuhi seketika itu, tetapi bagaimana menjaga kemurahan dan karunia Allah tersebut supaya tidak pergi dengan sendirinya. Tentunya, tidak ada cara lain untuk menjaganya kecuali tetap berada di jalan Allah. Apalah artinya doa yang terkabulkan pada suatu waktu, tetapi di waktu-waktu lain kita kembali terjerumus dalam kemungkaran dan kemaksiatan. Faedah doa bukan hanya ingin dilihat hari ini dan esok, tetapi faedahnya ingin dipetik di akhirat. Doa yang berkah doa yang senantiasa mengatakan seperti ini:
“Wahai diriku yang terkabulkan doanya! Aku sebenarnya enggan menyuguhkan kenikmatan ini jika di lain hari engkau kembali mengingkari Tuhanmu. Jagalah nikmat ini dengan tidak kembali menengok dunia hitam, apalagi jatuh di lembah kemaksiatan! Aku ingin senantiasa dipetik hari ini, esok dan di akhirat, bukan hanya sehari, kemudian melupakan Sang Maha Pemberi yang telah menjadikan aku fasilitas gratis guna mendekatkan dirimu kepada-Nya.”
Adab ketiga dan keempat: takut doa tidak diterima dan berharap penuh dikabulkan
Makna ini dijustifikasi Syekh al-Alûsî sebagai makna yang banyak dipilih oleh pakar tafsir. Beliau berkata:
“Firman-Nya: (ادْعُوْهُ خَوْفًا وَطَمَعًا) artinya: berdoalah dengan penuh rasa takut dari doa yang tidak mustajab karena ketidaklayakan Anda untuk menjadi orang-orang yang doanya mustajab, dan jangan pernah putus asa untuk senantiasa berharap penuh terhadap jawaban-Nya sebagai karunia untukmu dari-Nya. Inilah pilihan kebanyakan mufassir.”
Di lain sisi, Syekh Mutawalli as-Sya’rawî memaparkan makna yang cukup luas, beliau berkata:
“Di sini Al-Qur’an menjelaskan adab lain berdoa, yaitu: (ادْعُوْهُ خَوْفًا وَطَمَعًا) artinya: takutlah dari segala bentuk manifestasi nama-Nya (القَهَّارُ)  yang Maha Menaklukkan, dan berharaplah dengan segenap harapan dari segala bentuk manifestasi nama-Nya (الغَفَّارُ) yang Maha Pengampun, dan (الرَّحِيْمُ)  yang Maha Pengasih. Berdoalah dengan penuh rasa takut dari segala bentuk ketergantungan sifat keperkasaan-Nya, dan berharaplah mendapatkan karunia dari segala bentuk ketergantungan sifat keindahan dan kemurahan-Nya.” 
Hemat penulis, kedua teks tersebut saling melengkapi dalam memberikan sebuah pemaknaan. Karena jika doa terkabulkan, maka segala aneka karunia dan kenikmatan yang ada di khazanah sifat-sifat keindahan dan kemurahan-Nya tercurahkan dengan sendirinya melebihi volume curah hujan. Akan tetapi, jika doa tidak terkabulkan, maka dengan sendirinya pula turun azab yang datang dari keperkasaan dan keagungan-Nya.
Olehnya itu, kedua kelompok kata yang ada pada ayat itu mustahil dipisahkan, demi terciptanya pemaknaan yang apik dan sempurna. Maha Suci Allah yang telah memilih kosa kata Al-Qur’an dan menempatkannya di tempat yang layak untuknya, pemilihan dan penempatan yang jauh dari kesanggupan para ahli bahasa.
Di penghujung tulisan singkat ini, saya yakin pemerhati tema-tema keislaman dengan mudah menyimpulkan apa yang ada di atas dan berkata:
“Doa adalah otak ibadah, tetapi tidak semua doa punya ketinggian derajat seperti itu. Doa yang sampai ke derajat itu adalah doa yang mustajab. Doa mustajab doa yang dipanjatkan dengan penuh rendah diri dan khusyuk, takut tidak diterima serta berharap penuh dikabulkan. Doa mustajab itu bukan hanya hasilnya dipetik hari ini. Akan tetapi ia senantiasa dipetik hari ini, esok dan di akhirat. Carilah dengan doa karunia dan kenikmatan-Nya yang ada pada khazanah sifat keindahan dan kemurahan-Nya, dan hindari dengan doa pula azab-Nya yang ada pada sifat keperkasaan-Nya!” (*)